REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan situasi di Fakfak, Papua Barat telah dapat dikendalikan pascapembakaran di beberapa fasilitas umum di daerah tersebut, Rabu (21/8). Dedi menyebut sebagian masyarakat pun mendukung upaya negosiasi yang dilakukan TNI-Polri terhadap para peserta aksi.
"Justru sebagian masyarakat mendukung langkah aparat keamanan untuk menciptakan situasi kondusif. Hanya segelintir orang yang mencoba memprovokasi masyarakat," katanya di Jakarta, Rabu.
Untuk mengamankan situasi di Fakfak, satu satuan setingkat kompi (SSK) Bimob dari Polda Sultra pun dikerahkan. "Kehadiran aparat demi menjamin keamanan. Bersama komponen masyarakat dan tokoh pemuda bersama-sama menjaga situasi agar kondusif," katanya.
Sementara jumlah pasukan Brimob yang disiagakan di Manokwari ada lima SSK dan di Sorong ada tiga SSK. Dalam menghadapi para demonstran, TNI-Polri mengutamakan pendekatan persuasif. Pihaknya pun menegaskan bahwa aparat keamanan tidak dibekali dengan peluru tajam.
"Pendekatan persuasif. Polri dan TNI tidak dibekali peluru tajam," katanya.
Kericuhan di Fakfak diduga masih terkait dengan unjuk rasa yang berlangsung di Manokwari dan Sorong. Pengunjuk rasa memprotes tindakan persekusi dan rasisme yang diduga dilakukan oleh organisasi masyarakat dan oknum aparat terhadap para mahasiswa asal Papua di Malang dan Surabaya, Jawa Timur yang terjadi pada Sabtu 17 Agustus 2017.