Rabu 21 Aug 2019 07:36 WIB

Sorong Berlanjut, Manokwari Kondusif

Suasana mencekam juga dipicu pembatasan internet yang mulai berlaku kemarin.

Bangkai sepeda motor usai dibakar massa di parkiran Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Kota Sorong, Papua Barat, Senin (19/8/2019).
Foto: Antara/Olha Mulalinda
Bangkai sepeda motor usai dibakar massa di parkiran Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Kota Sorong, Papua Barat, Senin (19/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, Aksi menolak rasialisme di Sorong, Papua Barat, masih berlanjut pada Selasa (20/8). Massa masih turun ke jalan melakukan blokade dan membakar ban di sejumlah titik Sorong, seperti di Jalan Kawasan Jupiter, Sorpus, Aspen, dan depan toko Thio.

Kemarin pagi hingga siang hari, pusat Kota Sorong sepi dan tidak seperti biasanya ramai dan macet. Kawasan pertokoan di Jalan Ahmad Yani Kota sepi dan kebanyakan toko tutup. Arus lalu lintas pun sepi karena sejumlah ruas jalan, terlebih khusus jalan utama Sorong Pusat, masih diblokade warga dengan membakar ban.

Menurut Agus, seorang warga setempat di Sorpus, aksi kemarin adalah lanjutan aksi menolak rasialisme pada Senin (19/8). Aksi itu masih melanjutkan isu sebelumnya, yakni kekecewaan masyarakat Papua terhadap insiden pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya, akhir pekan lalu. Ia menambahkan, aksi demonstrasi itu dilakukan agar pemerintah secepatnya menyelesaikan permasalahan mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang agar mereka dapat kuliah secara baik.

Sementara Bahran Fazabih, warga pendatang yang tinggal di Perumahan Putra Residences, Sorong, menilai suasana kemarin lebih mencekam dari sehari sebelumnya. Suasana mencekam itu juga dipicu pembatasan jaringan internet yang mulai berlaku kemarin.

Warga sementara ini hanya mendengar selentingan-selentingan soal yang terjadi di pusat kota dan tak berani keluar rumah. “Katanya besok (hari ini—Red), mau ada aksi lagi jam sembilan,” kata dia.

Hingga kemarin sore menjelang malam, sejumlah ruas jalan di Kota Sorong masih di tutup dan aktivitas warga masih sepi. Di jalan Alteri Kelurahan Malanu, masyarakat masih memblokade jalan dengan cara membakar ban. Blokade jalan tersebut membuat warga di kawasan Alteri tidak bisa keluar rumah untuk mencari bahan serta makanan siap saji.

Iwan, warga Alteri, mengatakan bahwa warga setempat sejak pukul 10.00 WIT sudah tidak bisa keluar rumah karena jalan diblokade."Kami mau pergi beli bahan makanan tidak bisa karena akses jalan ditutup. Bahkan, warung makan dan toko tutup," ujarnya. Dia berharap kondisi Kota Sorong cepat kondusif sehingga aktivitas bisa berjalan lancar seperti biasanya.

Wali Kota Sorong Lambert Jitmau dalam keterangannya meminta warga setempat menahan diri dan tidak merusak fasilitas umum. Ia mengharapkan masyarakat tidak terprovokasi dengan isu-isu yang akan mengakibatkan kekacauan berlanjut.

photo
Prajurit Kostrad dari Yon Armed 13 saat tiba di Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Kota Sorong, Papua Barat, Selasa (20/8/2019).

Kapolres Sorong Kota AKBP Mario juga mengimbau warga setempat agar tenang dan tidak terprovokasi dengan isu-isu menyesatkan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. "Mari kita menenangkan diri dan tidak melakukan aksi-aksi yang mengganggu kamtibmas yang pada akhirnya merugikan kita semua selaku warga Kota Sorong," kata Kapolres di Sorong, kemarin.

Menurut Kapolres, aksi massa yang berlangsung kemarin diikuti sedikitnya 500 orang. Namun, dia menambahkan, situasi Kota Sorong mulai kondusif. Ia juga menuturkan, aktivitas Bandara Udara Domine Eduard Osok Sorong yang dirusak massa pada aksi Senin (19/8) sudah berjalan lancar.

Kabag Humas Dirjen Permasyarakatan (Dirjen PAS) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Ade Kusmanto kepada Republika menyampaikan, kericuhan di Kota Sorong pada Senin (19/8) juga memicu aksi penyerangan ke Lapas Kelas II B Sorong. “Provokasi pendemo dari luar lapas memicu emosi para narapidana,” ujar dia, Selasa (20/8).

Para narapidana yang berada di dalam, kata Ade, kemudian melawan petugas dengan melakukan pembakaran. Sebanyak 258 dari 547 narapidana berhasil kabur dari lapas. Terkait hal itu, Dedi melanjutkan, kepolisian masih melakukan inventarisasi persoalan tersebut. “Itu menyangkut kerusuhan di dalam lapas, bukan karena kerusuhan yang terjadi di luar lapas,” kata Dedi menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement