Ahad 29 Sep 2019 09:11 WIB

Ribuan Pengungsi Wamena Butuh Bantuan

Ribuan warga non-Papua mengungsi di koramil, kodim, dan polres Jayawijaya di Wamena.

Warga memadati Pangkalan TNI AU Manuhua Wamena, Jayawijaya, Papua, Rabu (25/9/2019).
Foto: Antara/Iwan Adisaputra
Warga memadati Pangkalan TNI AU Manuhua Wamena, Jayawijaya, Papua, Rabu (25/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,JAYAPURA -- Para pengungsi dari Wamena, Papua, masih berada di tempat-tempat pengungsian. Beberapa di antaranya merupakan tempat aparat keamanan berada. Para pengungsi membutuhkan bantuan makanan karena kegiatan ekonomi di Wamena belum pulih.

"Beberapa yang memang perlu dievakuasi yang sakit, korban, dievakuasi ke rumah sakit di Jayapura. Sementara, ada juga yang sudah dievakuasi di lanud, terus ada Kodim, Polres juga," ujar Kapendam XVII/ Cenderawasih Letnan Kolonel CPL Eko Daryanto melalui sambungan tele pon, Sabtu (28/9). Dia mengatakan, meski situasi keamanan sudah kondusif, kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat di Wamena masih lumpuh.

Komandan Distrik Militer 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Diantodi Jayapura menambahkan, sekitar 5.500 pengungsi korban kerusuhan Wamena yang ada di markas Komando Distrik Militer 1702 Jayawijaya membutuhkan bantuan, mulai dari pakaian, makanan, hingga barang-barang keperluan anak dan perempuan.

Menurut dia, warga yang mengungsi di markas kodim umumnya hanya membawa baju di badan saat berusaha menghindari dampak kerusuhan di Wamena. Sementara, bantuan pangan pokok dari pemerintah untuk pengungsi korban kerusuhan Wamena saat ini baru difokuskan ke satu posko pengungsian.

"Kami minta informasi ini disebarkan seluas-luasnya agar banyak pihak yang tergerak untuk membantu para korban yang kini tengah mengungsi," katanya melalui telepon seluler. "Bantuan dari Pemerintah Provinsi Papua hanya tersalur ke posko pengungsian Gedung Okumarek yang dibuka oleh Pemerintah Kabupaten Jayawijaya."

Komando Distrik Militer 1702 Jayawijaya, menurut dia, sampai sekarang hanya mengandalkan bantuan logistik yang masih tersedia di markas. "Pengungsi tidak mau ke Okumarek. Warga maunya di kodim, sementara dapur lapangan pemda ada di Okumarek," katanya.

photo
Warga menunggu pesawat Hercules milik TNI AU di Pangkalan TNI AU Manuhua Wamena, Jayawijaya, Papua, Rabu (25/9/2019).

Menunggu pemulangan

Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) Kabupaten Mimika kini menampung 34 pengungsi dari Wamena yang eksodus setelah terjadi kerusuhan di wilayah itu, beberapa hari lalu. Ketua KKJB Mimika Parjono di Timika, Sabtu, mengatakan, para pengungsi untuk sementara ditempatkan pada Sekretariat Paguyuban Pati di Jalan Semangka, Irigasi, Kelurahan Pasar Sentral, Timika.

Sebagian besar pengungsi merupakan warga Kabupaten Sampang, Madura. Sisanya, tiga orang berasal dari Kabupaten Kediri dan Nganjuk. "Kemarin, saat di posko Lanud Timika, jumlahnya sebanyak 84 orang. Tadi pagi sudah berangkat ke kampung masing-masing dengan biaya sendiri sebanyak 45 orang. Sisanya diserahkan kepada KKJB Mimika sebanyak 34 orang," kata Parjono.

Menurut dia, para pengungsi Wamena tersebut untuk sementara waktu diurus dan dirawat oleh KKJB Mimika sambil menunggu rencana pemulangan ke daerah masing- masing. Terkait rencana pemulangan para pengungsi tersebut, KKJB Mimika telah berkoordinasi dengan Komandan Lanud Yohanes Kapiyau Timika Letkol Penerbang Sugeng Sugiharto dan pemkab di daerah asal para pengungsi tersebut.

Salah seorang pengungsi Wamena, Sahrawi, mengatakan, kini terdapat ribuan warga non-Papua yang mengungsi di kantor koramil, kodim, dan polres Jayawijaya di Wamena. Mereka menunggu antrean untuk segera diberangkatkan ke luar dari daerah konflik itu. "Yang bertahan di Wa mena sekarang ini hanya pengusaha-pengusaha besar saja. Kalau yang tidak punya usaha, kebanyakan mau pulang semua," kata Sahrawi yang telah bermukim di Wamena selama 11 tahun sejak 2008.

photo
Suasana Kantor Bupati Jayawijaya yang dibakar massa di Wamena, Jayawijaya, Papua, Rabu (25/9/2019).

Tetap bertahan

Dokter yang bertugas RSUD Tiom, ibu kota Kabupaten Lanny Jaya, memilih bertahan untuk melayani warga setempat. Namun, kematian rekan sejawat mereka, dr Soeko Marsetiyo, dalam demonstrasi yang diwarnai kerusuhan di Wamena, Senin (23/9), tetap menimbulkan kekhawatiran.

"Mereka tidak pulang dan tetap tinggal melayani masyarakat di sini," kata Direktur RSUD Tiomdr Nataniel Imanuel Hadi ketika dihubungi melalui telepon seluler dari Jayapura, Sabtu.

Menurut Nataniel, ada 10 dokter umum dan tiga dokter spesialis yang bertugas di Lanny Jaya. RSUD Tiom mengirim satu dokter spesialis bedah ke Wamena untuk membantu menangani korban demonstrasi atas permintaan RSUD Wamena. "Karena memang RSUD Wamena membutuhkan seorang dokter spesialis bedah, jadi kami memperbantukan seorang dokter spesialis bedah di RSUD Wamena," katanya. (ronggo astungkoro/antara ed:mansyur faqih)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement