REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa yang menimpa mahasiswa Papua di Jawa Timur dan akibatnya yang muncul di Tanah Papua membuat semua pihak prihatin. Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah meminta pemerintah menangkap aktor rasisme untuk meredam kegaduhan di Papua.
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Sunanto mengatakan, tokoh-tokoh pemerintah sudah melakukan upaya persuasif untuk menyelesaikan permasalahan. Bahkan Gubernur Jawa Timur, Gubernur Papua Barat dan Menteri Dalam Negeri melakukan silaturahim setelah ada kejadian di Surabaya dan Malang yang menimpa mahasiswa Papua.
"Semua komponen pemerintah sudah berupaya semaksimal mungkin, maka tinggal mencari solusinya, apa saja yang menjadi problem terbesar dari kejadian ini, jadi akarnya apa," kata Sunanto kepada Republika.co.id, usai menyampaikan pernyataan sikap organisasi kepemudaan nasional di Graha Oikoumene, Selasa (20/8).
Ia berharap pemerintah dapat menemukan akar masalah dan penyebab tindakan rasisme itu. Aktor rasisme tersebut juga harus segara diciduk atau ditangkap. Selanjutnya selesaikan persoalan budaya yang terjadi di masyarakat Papua. Menurutnya, langkah itu akan bisa meredam dan tidak memperkeruh suasana.
Ia mengingatkan, menangkap aktor rasisme harus diiringi dengan imbauan kepada saudara-saudara di Papua agar tidak melakukan tindakan anarkis. Sehingga tidak memperkeruh situasi dan menghambat penanganan masalah yang terjadi di Jawa Timur.
Pemuda Muhammadiyah juga menyampaikan, semua warga negara memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama. Maka warga Papua juga harus juga menjadi bagian dari pembangunan Bangsa Indonesia.
"Pemuda Muhammadiyah juga menginstruksikan kepada Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) bahwa Papua adalah saudara kami, harus dijaga, semua harus terlindungi," ujarnya.
Sunanto menambahkan, Pemuda Muhammadiyah menginstruksikan Kokam di berbagai daerah untuk berkoordinasi dan bekerja sama dengan pihak keamanan dan tokoh Papua setempat untuk menjaga Asrama Papua di manapun berada guna menciptakan suasana yang damai.