Selasa 20 Aug 2019 18:30 WIB

Kadar Asbestos di Puing Reruntuhan Gempa Lombok Berbahaya

Hasil uji laboratorium ungkap kadar tinggi asbestos di puing reruntuhan gempa Lombok.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
TNI bersama warga terdampak gempa membersihkan puing bangunan rumah akibat gempa di Dusun Lendang Bajur, Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, Rabu (5/9).
Foto: dok. Kogasgabpad
TNI bersama warga terdampak gempa membersihkan puing bangunan rumah akibat gempa di Dusun Lendang Bajur, Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, Rabu (5/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kementerian Sosial (Kemensos) mengungkap hasil uji laboratorium puing-puing bangunan yang tercipta akibat guncangan gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Berdasarkan hasil uji laboratorium, puing dari bangunan yang runtuh akibat gempa mengandung asbestos dalam kadar yang membahayakan bagi kesehatan manusia.

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat memaparkan, sub klaster shelter telah melakukan penelitian termasuk pengujian laboratorium yang menunjukkan bahwa puing-puing reruntuhan yang ditemukan di Lombok mengandung asbestos.

Baca Juga

"Asbestos ini dalam kadar yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Untuk itu salah satu upaya Kemensos pada Lokakarya ini adalah meluncurkan panduan pengendalian asbestos dalam situasi bencana," katanya saat membuka Lokakarya Nasional tentang Shelter dan Pemukiman yang berlangsung di Kota Mataram, Lombok, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (20/8).

Panduan ini, menurut Harry, merupakan salah satu capaian di antara banyak hal yang telah dilakukan oleh Sub Klaster Shelter. Selain itu, mereka telah melakukan peningkatan kapasitas, mengkoordinasikan sebanyak 260 lembaga di bidang shelter, dan pembuatan buku panduan shelter untuk kemanusiaan.

"Tentu saja hal ini tidak akan dapat terlaksana tanpa dukungan komitmen yang diberikan oleh Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional (IFRC)," katanya.

Sebelumnya, Kementerian Sosial bersama IFRC menggelar Lokakarya Nasional tentang Shelter dan Pemukiman yang diikuti dua agenda berskala regional, yakni pertemuan regional untuk global shelter cluster team dan Asia-Pacific Regional Shelter Practitioners Forum.

Kegiatan tersebut digelar dalam rangka Peringatan Satu Tahun Gempa Lombok dan Peringatan Hari Kemanusiaan Sedunia yang jatuh pada 19 Agustus 2019. Adapun tema lokakarya adalah "Mendukung Masyarakat Bertransisi Secara Aman, Nyaman, Bermartabat, dan Berpusat pada Masyarakat".

Gempa bumi menggunjang Lombok pada Ahad (17/3) dengan episenter gempa berlokasi di darat pada jarak 20 km arah utara Kota Selong, Kabupaten Lombok Timur, dengan kedalaman 19 km. Gempa terjadi dua kali pada pukul 15.07 WITA dengan kekuatan magnitudo 5,4 dan kekuatan magnitudo 5,1 pada pukul 15.09 WITA.

Pada Agustus (19/8) tahun lalu, gempa dengan kekuatan 6,9 SR (skala ritcher) yang mengguncang Lombok. Sebelumnya, Lombok Timur diguncang gempa 6,4 SR pada 29 Juli 2018 dan gempa 7 SR pada 5 Agustus 2018, yang juga menimbulkan korban dan kerusakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement