REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Jumlah penderita TBC (Tuberculosis) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, masih tergolong tinggi. Kepala Dinas Kesehatan Banyumas Sadiyanto menyebutkan, hingga saat ini tercatat ada sebanyak 1.910 warga Banyumas yang terdeteksi mengidap TBC.
''Jumlah ini masih cukup banyak,'' jelasnya dalam lokakarya penanggulangan penyakit TBC, di Purwokerto, Kamis (1/9).
Dalam acara lokakarya yang digelar Dinkes Banyumas dan Yayasan KNCV Indonesia ini, juga dibentuk Tim Distric-Based Public Private Mix (DPPM) dan Koalisi Organisasi Profesi Indonesia (KOPI) untuk penanggulangan penyakit tuberculosis (TBC). ''Melalui kerja sama lembaga ini, diharapkan upaya eliminasi kasus TBC di Banyumas bisa lebih cepat dilakukan,'' tambahnya.
Yayasan KNCV (Koninklijke Nederlandse Centrale Vereniging tot bestrijding der Tuberculose), merupakan lembaga nirlaba internasional yang secara khusus fokus pada penanganan penyakit tuberculosis (TBC).
Sadiyanto menambahkan, sesuai roadmap penanggulangan TBC di Banyumas, pihaknya menargetkan eliminasi TBC atau kasus TBC nol di wilayahnya, bisa dicapai pada 2028. Hal ini sejalan dengan program pemerintah pusat yang menargetkan eliminasi TBC bisa dicapai di 2030.
Menurutnya, selain jumlah kasus TBC yang sudah terdata, diperkirakan masih cukup banyak kasus TBC yang belum terdeteksi. Melalui kerja sama antarlembaga ini, diharapkan bisa ditemukan strategi agar seluruh kasus TBC yang ada bisa ditemukan dan diobati.
''Masih adanya kasus TBC yang belum ditemukan, menyebabkan upaya pencegahan penularan juga sulit dilakukan. Hal ini karena penderita sendiri tidak menyadari bila dirinya mengidap penyakit TBC, sehingga potensi penularan juga semakin besar,'' katanya.
Sadiyanto menyatakan, upaya pencegahan dan pengendalian penyakit TBC tidak akan efektif bila hanya dilaksanakan instansinya saja. Tapi juga harus melibatkan seluruh elemen masyarakat, khususnya lembaga profesi masyarakat.
Bupati Banyumas Achmad Husein yang hadir dalam acara ini, menyebutkan banyak warga masih kurang mempedulikan penyakit TBC karena dianggap penyakit rakyat. Padahal penyakit TBC merupakan penyakit yang paling mudah penularannya dan paling lama penyembuhannya. ''Penyakit ini sangat berdampak pada produktivitas dan aktivitas warga yang mengidap,'' jelasnya.
Terkait upaya eliminasi TBC di Banyumas, bupati meminta agar semua pihak yang terlibat bisa berkomitmen mempercepat upaya tersebut. ''Saya ingin eliminasi TBC di Banyumas ini bisa dicapai pada 2023. Jangan menunggu terlalu lama sampai 2028,'' kata dia.
Lokakarya yang diikuti oleh pengurus berbagai lembaga profesi kesehatan dan organisasi kemasyarakatan ini, menghadirkan narasumber dari berbagai kalangan. Antara lain dari Dinas Kesehatan Provinsi Jateng dr Tatik Nurhayati MKes dan Koalisi Organisasi Profesi dalam Penanggulangan TB (KOPI TB) Jawa Tengah dr Yuswanti MHSc.
Dalam kesempatan itu, juga dilakukan penandatangi komitmen dari seluruh peserta lokarya mengenai komitmen penanggulangan penyakit TBC di Kabupaten Banyumas.