REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jabar, Ridwan Kamil meminta pengelola Kawasan Wisata Tangkuban Parahu menurunkan harga tiket khususnya tiket wisatawan asing yang banyak dikeluhkan karena mahal.
"Tangkuban Perahu, saya sering dapat keluhan di Medsos saya. Saya minta, komplain tiket mahal jangan disepelekan. Harus wajar. Karena nantinya tak tak jadi pilihan wisatawan asing," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil usai rapat evaluasi Tangkubanparahu di Gedung Sate, Selasa (30/7).
Menurut Emil, pengelola Tangkuban Perahu harus mendiskusikan dengan dinas pariwisata karena dengan tarif yang mahal, tingkat pengunjung juga tidak maksimal.
"Tiketnya mahal untuk pengunjung asing ini juga harus dievaluasi," kata Emil.
Menurut Emil, pengelola pun harus memperhatikan potensi kebencanaan yang tak bisa prediksi manusia. "Kuncinya kewaspadaan," katanya.
Menanggapi hal itu, Direktur PT GRPP Putra Kaban mengatakan, tarif masuk ke Tangkuban Perahu yang menetapkan bukan perusahaannya. Karena, ia hanya menjadi pelaksana atau operator. Tarif sendiri, diatur dengan PP 12/2014 yang ditandatangani presiden.
"Jadi yang nandatang bukan saya. Saya orang pertama yang protes. Saya menulis surat ke Asita juga bahwa tarif ini bukan kewenangan kami tapi PP. Itu kami lawan PP nya, maka dicabut izin," katanya.
Putra mengklaim, dari semua wisata alam di nusantara yang paling murah tarifnya adalah Tangkuban Parahu. Ia mengetahui hal tersebut, sebagai ketua asosiasi penguasaha alam seluruh Indonesia.
"Saya tahu semua Indonesia gimana ya, di Swiss aja tarif masuknya Rp 800 ribu tapi hanya kita yang ga menghargai negeri kita," katanya.
Saat ini, kata dia, sekitar dua ratusan, wisatawan asing datang ke Tangkuban Perahu setiap pekannya. Namun, harga tiket weekend dan nonweekend tetap. "Kami tak bisa semau gue untuk menentukan tarif," katanya.