REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, Yusuf Muhammad Martak, menegaskan pihaknya belum menyatakan sikap atas pertemuan presiden terpilih Joko Widodo dan Prabowo Subianto beberapa waktu lalu.
“Pertemuan yang terjadi itu adalah biasa-biasa saja dan tidak perlu dirisaukan,” kata Yusuf dalam jumpa pers persiapan kegiatan Ijtima Ulama ke-4 di Jakarta, Senin (15/7).
Yusuf menegaskan sikap GNPF dan sejumlah oganisasi masyarakat (ormas) lainnya akan ditentukan setelah selesainya Ijtima Ulama ke-4.
“Kami selalu bergerak, bertindak dan berbuat sesuatu, sesuai dengan amanat para ulama dan habib melalu ijtima yang sudah dilakukan sebelumnya,” jelas Yusuf.
Menurut dia, setelah selesainya sidang di Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa pemilihan presiden (Pilpres), pihaknya menganggap semuanya telah selesai. “Tidak ada lagi hal-hal dukung mendukung dan nantinya menunggu keputusan ijtima ke-4,” ujar Yusuf.
Sementara itu, Ketua Persaudaraan Alumni (PA) 212, Slamet Ma''arif, mengatakan pihakya tidak terpengaruh dengan pertemuan yang terjadi beberapa waktu lalu. “Pertemuan kemarin, kami senang juga nggak, tidak senang juga nggak, jadi biasa-biasa saja,” tegas Slamet.
Menurut Slamet, ibarat kereta, gerbong 212 akan terus berjalan sampai tujuan. Siapapun yang satu visi dengan PA 212, silakan naik ke dalam gerbong, sementara siapa pun yang tidak nyaman dan tidak sevisi, silakan turun. “Siapa pun yang berada di depan dan menghalangi akan kami tabrak, karena kereta akan jalan terus,” kata dia.