Kamis 11 Jul 2019 14:29 WIB

KLHK: Kualitas Udara Jakarta tak Sehat untuk Bayi dan Manula

Simpulan ini didapat menggunakan acuan data AQMS KLHK dan pemerintah DKI.

Rep: Fauziah Mursid / Red: Friska Yolanda
Polusi udara kota DKI Jakarta.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Polusi udara kota DKI Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Lingkugan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menyebut kualitas udara Kota Jakarta masuk kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif seperti bayi dan manula. Siti mengungkap demikian, lantaran kualitas udara Jakarta berada pada konsentrasi 39,04 g/Nm3.

Menurut Siti, jika mengacu pada standar organisasi kesehatan dunia (WHO) di angka 25 g/Nm3, memang kualitas udara Jakarta masuk kategori sedang. Sementara jika dibandingkan dengan Baku Mutu Udara Ambien Nasional yaitu 65 g/Nm3 maka kualitas udara Jakarta juga masih bagus dan sehat.

Baca Juga

"Bilamana menggunakan data gabungan AQMS KLHK dan Pemerintah DKI Jakarta, maka kualitas udara Jakarta berada pada konsentrasi 39,04 g/Nm3 atau pada kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif (bayi dan manula)," ujar Siti saat menyampaikan laporan ke Wakil Presiden Jusuf Kalla di acara Pekan Lingkungan Hidup dan kehutanan (PLHK) Tahun 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (11/7).

Siti melanjutkan, jika merunut data tahun 2015 dan 2016 yang masih menggunakan hasil pengukuran manual melalui Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP), maka secara keseluruhan kualitas udara kota Jakarta masih bagus atau sehat. Kualitas udara masih di bawah ambang batas Baku Mutu Udara Ambien. 

Namun, Siti mengungkapkan, jika dilihat per parameter dan per wilayah administrasi, maka udara kota Jakarta tidak dapat dikatakan makin membaik atau makin menurun. "Melainkan relatif konstan," ujar Siti.

Siti melanjutkan, sedangkan jika menggunakan data Air Visual tahun 2017 yang dikelola oleh LSM berkedudukan di Beijing, China, maka kualitas udara kota Jakarta berdasarkan data rata-rata tahunan PM 2,5 berada pada urutan ke 160, yaitu pada angka 29,7 g/Nm3 atau kategori sedang.

Acara Pekan Lingkungan Hidup dan kehutanan (PLHK) itu juga turut dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla. JK dalam kesempatan itu juga sempat menyinggung polusi udara di perkotaan akibat perkembangan zaman.

Untu itu JK mengingatkan seluruh masyarakat berupaya untuk mengurangi polusi udara di perkotaan. Salah satunya dengan beralih ke transporasi umum atau pun ke kendaraan yang ramah lingkungan.

"Sekarang ini akibat ekonomi makin baik, menyebabkan orang semua orang memiliki mobil, motor yang asapnya tentu menjadi polusi udara yang kuat. Hal ini tentu mempunyai upaya seperti digambarkan tadi, (beralih) menjadi transportasi umum, atau jadi mobil listrik, jadi mobil yang baik lagi, gas dan sebagainya dalam upayanya ada jalan keluarnya yang harus dilaksanakan bersama-sama," ujar JK.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement