Selasa 09 Jul 2019 10:20 WIB

Status UNESCO Sawahlunto Bantu Tarik Investor dan Turis

Penetapan status UNESCO Sawahlunto tambah daftar warisan alam dan budaya Indonesia.

Kota Sawahlunto yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Foto: Republika/Febrian Fachri
Kota Sawahlunto yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya memberikan apresiasi tertinggi atas diakuinya bekas lokasi pertambangan Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat, sebagai warisan dunia kategori budaya oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB atau UNESCO. Menpar mengatakan status UNESCO akan sangat membantu promosi wisata Sawahlunto.

"Selamat, Ombilin di Sawahlunto sudah ditetapkan salah satu warisan budaya oleh UNESCO," kata Menpar Arief Yahya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (9/7). "Status itu sangat penting. Karena akan mempermudah untuk menarik investor, juga menarik wisatawan datang," katanya.

Baca Juga

Menpar Arief dalam kerangka kerja pengembangan destinasi akan selalu menggunakan konsep 3A, (Atraksi, Akses, dan Amenitas). Alasannya jika ingin menjadi pemain global maka harus menggunakan global standar.

Standar global yang dimaksud diwujudkan dalam bentuk membangun bandara internasional di banyak tempat. Sementara dari sisi amenitas, ditandai dengan makin banyak dikembangkan hotel-hotel bintang 5 yang berkelas dunia di berbagai destinasi.

"Ketiga adalah atraksi yang juga harus berkelas dunia. Di banyak tempat di dunia, itu selalu memberi dampak yang signifikan terhadap wisatawan. Brandingnya langsung mendunia karena diakui oleh UNESCO, lembaga dunia," kata Menpar.

Ombilin menambah koleksi Indonesia yang saat ini memiliki empat warisan dunia kategori alam. Yakni Taman Nasional Komodo (1991), Taman Nasional Lorentz (1999), Hutan Tropis Sumatera (2004), dan Taman Nasional Ujung Kulon (1991).

Selain itu, Indonesia sudah punya empat warisan dunia kategori budaya, yaitu Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), Situs Sangiran (1996), dan sistem Subak di Bali (2012).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement