Selasa 02 Jul 2019 00:25 WIB

Pangandaran Gencarkan Tiga Jam tanpa TV dan Medsos

Tiga jam tanpa TV bisa digunakan sebagai waktu berkualitas keluarga.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Indira Rezkisari
Menonton televisi.
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Menonton televisi.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pangandaran menggencarkan gerakan tak melihat media sosial (medsos) dan menonton televisi bagi keluarga, khususnya anak-anak saat waktu tertentu. Hal itu dilakukan untik kembali mempererat hubungan di antara satu keluarga.

Wakil Bupati Pangandaran Adang Hadari mengatakan, dalam momentum Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXVI, Pemkab memang sengaja menggencarkan gerakan kembali ke meja makan dan gerakan tidak melihat media sosial dan televisi pada pukul 18.00-21.00 WIB. Tujuannya, waktu tersebut dapat digunakan melakukan aktivitas yang mengarah pada nuansa kebersamaan keluarga.

Baca Juga

"Misalnya bagi yang Muslim menjalankan shalat, mengaji dilanjutkan makan malam, belajar atau berdiskusi antar anggota keluarga, yang diharapkan dapat mendekatkan dan meningkatkan kembali interaksi antara anggota keluarga yang akan mewujudkan terciptanya ketahanan keluarga," kata dia, Senin (1/7).

Ia mengatakan, ada delapan fungsi keluarga yang harus setiap keluarga mengetahui, memahami, dan melaksanakannya. Kedelapan fungsi tersebut adalah fungsi agama, fungsi sosial budaya, cinta dan kasih sayang, perlindungan, reproduksi, sosial dan pendidikan, ekonomi, serta fungsi lingkungan.

Ia menambahkan, saat ini perubahan lingkungan terjadi dengan cepat, di mana suatu hal yang dipandang baik bagi kehidupan keluarga pada beberapa dekade yang lalu, belum tentu saat ini dapat diterima. "Apalagi dengan gaya hidup yang makin modern dan kesibukan orang tua yang semakin meningkat, akan berdampak pada tatanan kehidupan keluarga," kata dia.

Adang mencontohkan waktu berkumpul dengan keluarga secara kualitas mulai terasa terabaikan. Ia pun tak menyangkal saat ini banyak terjadi kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak karena terbatasnya waktu. Akibatnya, anak tak punya lagi sosok untuk mendengarkan keluh kesah.

Ia mengatakan, keluarga sering tidak tanggap atau kurang peduli pada kejadian-kejadian di lingkungan sekitarnya. Bukan hanya itu, budaya gotong royong antarwarga, antarmasyarakat, dinilai hampir luntur.

Ia menyebutkan, jika delapan fungsi keluarga tersebut implementasikan, diharapkan akan tumbuh anak bangsa Indonesia yang memiliki karakter kuat. "Peringatan Harganas diharapkan dapat dijadikan sebagai momentum dan pemacu bagi keluarga Indonesia untuk terus-menerus berupaya meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga agar dapat menghasilkan generasi yang berkualitas," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement