Senin 17 Jun 2019 16:52 WIB

Delapan Korban Aksi 22 Mei Meninggal Akibat Peluru Tajam

Satu korban lainnya meninggal lantaran pukulan benda keras.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Andri Saubani
Sejumlah massa menyerang ke arah petugas kepolisian saat terjadi bentrokan Aksi 22 Mei di Jalan Brigjen Katamso, kawasan Slipi, Jakarta, Rabu (22/5/2019).
Foto: ANTARA FOTO
Sejumlah massa menyerang ke arah petugas kepolisian saat terjadi bentrokan Aksi 22 Mei di Jalan Brigjen Katamso, kawasan Slipi, Jakarta, Rabu (22/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengungkapan penyebab sembilan korban meninggal dunia saat kerusuhan 21-22 Mei terus dilakukan. Mabes Polri dalam penyampaian hasil investigasi teranyar, pada Senin (17/6) mengungkapkan, para korban meninggal dunia dalam kerusuhan tersebut delapan di antaranya lantaran tembakan dengan peluru tajam. Sedangkan, satu korban lainnya meninggal lantaran pukulan benda keras.

Kabag Penum Mabes Polri Kombes Asep Adi Saputra saat konferensi pers di Divisi Humas menyampaikan, tim investigasi menemukan titik terang baru dalam pengungkapan penyebab korban meninggal dunia dalam kerusuhan 21-22 Mei. Dari sembilan korban meninggal dunia, Polri memastikan empat di antaranya lantaran tembakan dengan peluru tajam.

“Lalu yang lima lainnya, empat di antaranya kuat dugaan (juga) meninggal karena peluru tajam,” kata dia di Mabes Polri, Jakarta, Senin (17/6).

Hanya satu korban meninggal dunia, kata Asep yang menurut investigasi lantaran pukulan benda keras. “Dua proyektil dari korban sudah disita. Saat ini tim investigasi sedang menunggu hasil uji balistik,” kata Asep.

Identifikasi penggunaan peluru tajam tersebut kata Asep setelah tim investigasi mendapatkan hasil autopsi terhadap empat korban yang meninggal dunia, dan satu korban luka tembak yang berhasil selamat dari kematian. “Dari autopsi, tidak ada ditemukan tembakan ganda. Semuanya satu tembakan,” sambung Asep.

Asep tak menyebutkan dua proyektil peluru yang berhasil disita untuk penyelidikan. Namun, Asep mengiyakan dua proyektil yang disita, seperti yang pernah Kapolri Jenderal Tito Karnavian sampaikan pada Kamis (13/6) lalu.

Yakni, satu proyektil dari peluru kaliber 5,56 milimeter dan satu proyektil dari peluru kaliber 9,00 milimeter. Akan tetapi, Asep menolak menyebutkan umumnya peluru-peluru  tersebut digunakan untuk senjata jenis apa.

“Soal itu (jenis senjata) nanti akan kita sampaikan kalau sudah ada hasil dari uji balistik dari tim inevstigasi,” sambung Asep.

Karena, menurut dia, hasil dari uji balistik nantinya juga akan menemukan titik terang baru tentang dari arah mana peluru berasal. Termasuk dari senjata jenis apa yang memuntahkan peluru mematikan tersebut.

Selain sudah megidentifikasi penyebab korban meninggal dunia, tim investigasi juga berhasil mengikis salah satu kerumitan dalam pengungkapan penyebab korban saat kerusuhan 21-22 Mei. Yakni, permasalahan tempat kejadian perkara (TKP) atau tempat ditemukannya korban meninggal dunia saat kerusuhan terjadi. Menurut Asep, dari sembilan korban meninggal dunia, penyelidikan sudah menemukan lima TKP yang menjadi tempat ditemukan korban meninggal dunia.

“Lima TKP itu ditemukan di wilayah Petamburan,” kata Asep menambahkan.

Sedangkan, TKP terhadap empat korban meninggal dunia lainnya masih dalam penelusuran tim inevstigasi Polri. Asep menjanjikan, tim investigasi akan tetap bekerja melakukan penyelidikan dan pengungkapan kerusuhan 21-22 Mei.

Termasuk, kata dia, mencari dalang, dan pendana kerusuhan, serta pihak-pihak yang melepaskan tembakan mematikan ke arah warga sipil. Saat ini kepolisian, dibantu tim investigasi lain dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Meski tak dalam wadah yang sama, dua tim investigasi Polri dan Komnas HAM akan berhasil mengungkap utuh kerusuhan 21-22 Mei.

Kerusuhan 21-22 Mei mengakibatkan sembilan korban meninggal dunia dari kalangan warga sipil. Tiga di antaranya masih anak-anak.

Mereka adalah Harun al-Rasyid (15 tahun), Raihan Fajari (16) dan Widyanto Rizki Ramadhan (17). Korban meninggal lainnya, Abdul Aziz (27), Adam Nuriyan (19), Bahtiar Alamsyah (22), Farhan Syafero (31), Sandro (31). Satu korban selamat akibat peluru tajam lainnya, teridentifikasi bernama Zulkifli yang terkena tembakan peluru tajam pada bagian paha.

Selain mengakibatkan korban meninggal dunia, sekitar 800-an orang dinyatakan luka-luka. Sebanyak 87 orang, sampai hari ini masih dinyatakan hilang.

Terkait pelaku penembakan, meski masih dalam investigasi pengungkapan, Kapolri Tito pekan lalu menyampaikan akan menindak tegas para pelaku penembakan. Termasuk kata dia hukuman berat jika tembakan mematikan tersebut berasal dari senjata personelnya saat melakukan pengamanan pada 21-22 Mei.

Menurut Tito, dari kronologi kerusuhan 21-22 Mei, titik paling brutal memang terjadi di Petamburan. Di tempat tersebut, kerusuhan menyasar asrama satuan Brigadir Mobil (Brimob).

Penyerangan di asrama Brimob, menyebabkan 25 mobil terbakar akibat serangan warga. Di asrama itu, kata Tito, ada anggota kepolisian dan keluarga. Tak menutup kemungkinan aksi penembakan diduga dilakukan oleh anggota kepolisian.

“Apakah sesuai SOP (standard operational procedure). Apakah eksesif (di luar ketentuan). Atau pembelaan diri,” ujar Tito. 

Namun, tak menutup kemungkinan pula tembakan mematikan ke arah korban berasal dari pihak lain yang sengaja membuat situasi rusuh. Sebab, kata Tito, sebelum kerusuhan 21-22 Mei, kepolisian berhasil menggagalkan dan menangkap tiga kelompok terpisah yang memiliki senjata api untuk digunakan dalam aksi 21-22 Mei.

Tiga kelompok tersebut pertama 15 orang dari Jawa Barat (Jabar) yang akan datang ke Jakarta dan diketahui membawa empat senjata api ilegal. Kelompok kedua, dengan penggagalan penyeludupan senjata api ilegal dari Aceh ke Jakarta yang dilakukan oleh Mayjen (Purn) Soenarko. Serta kelompok terakhir, penangkapan enam orang yang diketahui berkomplot dengan Mayjen (Purn) Kivlan Zein dalam rencana untuk aksi pembunuhan empat tokoh nasional.

“Kita tidak tuduh sebagai dalang (kerusuhan). Tetapi mengatakan bahwa ada pihak lain di luar petugas yang juga terindikasi akan menggunakan senjata api,” kata Tito di Jakarta, Kamis (13/6).  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement