Senin 10 Jun 2019 20:25 WIB

Kemensos Beri Santunan Korban dan Perbaikan Rumah di Buton

Ada sekitar 53 unit rumah warga rusak karena pembakaran dan kerusuhan di Buton.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Israr Itah
Kepulan asap hitam dari puluhan rumah yang dibakar di Desa Gunung Jaya usai terjadi keributan antar pemuda di perbatasan antara Desa Gunung Jaya dan Desa Sampuabalo, Buton, Sulawesi Tenggara, Rabu (5/6/2019).
Foto: Antara/Emil
Kepulan asap hitam dari puluhan rumah yang dibakar di Desa Gunung Jaya usai terjadi keributan antar pemuda di perbatasan antara Desa Gunung Jaya dan Desa Sampuabalo, Buton, Sulawesi Tenggara, Rabu (5/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial akan memberikan santunan sebesar Rp 15 juta untuk ahli waris korban meninggal peristiwa pembakaran dan kerusuhan di Buton, Sulawesi Tenggara. Selain itu, Kemensos juga menyiapkan bantuan untuk perbaikan rumah warga yang rusak akibat pembakaran dan kerusuhan yang terjadi pada Rabu (5/6) lalu tersebut.

"Kami siapkan dari Direktorat Bencana Sosial, beberapa hal yang pasti ada dua korban jiwa yang meninggal dan tentu kami siakan santunan ahli waris masing-masing 15 juta, lalu kami siapkan santunan untuk perbaikan rumah," ujar Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita di Kantor Kemensos, Senin (10/6).

Menurut Agus, Kemensos telah melakukan pendataan, ada sekitar 53 unit rumah warga rusak karena pembakaran dan kerusuhan di Buton. Rencananya, santuan berupa uang tunai senilai Rp 15 juta. 

"Kami data disini ada 53 unit rumah yang rusak akibat konflik, masing-masing akan kami beri bantuan 15 juta sifatnya bantuan rumah," ujar Mensos.

Selain rumah, Kemensos juga memberikan bantuan kepada empat toko yang hancur saat kejadian berupa bantuan usaha ekonomi produktif senilai Rp 5 juta rupiah.

"Masing-masing lima juta untuk program mereka, pemilik warung bisa kembali memulai berjualan," ujar Agus Gumiwang.

Kemensos, kata Agus, selain bantuan materil, menyiapkan program kesejahteraan sosial dalam bentuk mediasi bagi pihak yang berkonflik di dua desa tersebut. Nantinya, hasil tercapainya mediasi juga akan dibuatkan simbol kembali bersatunya dua kelompok tersebut.

"Bisa berupa balai warga, monumen, tugu kecil yang menggambarkan kedua phak bertikai itu sudah selesai dan sudah melupakan dan mereka akan kembali bersatu, mereka harus menghormati dan tidak mengulangnya kembali," ujarnya.

Selain itu, Agus juga mengatakan Kemensos akan mendorong adanya program kearifan lokal di wilayah tersebut. Hal ini kata Agus, agar masyarakat yang berkonflik dapat menggunakan waktunya untuk sesuatu yang bermanfaat.

"Tentu kita mendorong program-program atau kegiatan yang berbasis budaya lokal, itu nanti programnya akan kami terima akan kami pelajari dari proporsal yang disampaikan mereka agar mereka ada kegiatan yang berdasarkan kaearifan lokal," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement