REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) menginisiasi inseminasi buatan guna memperbanyak populasi rusa timor (Cervus timorensis). Fauna khas Nusa Tenggara Barat tersebut terancam punah.
"Kami menginisiasi inseminasi buatan rusa karena kemungkinan bisa, sapi saja bisa. Apalagi sudah ada pakar rusa di Universitas Mataram yang bisa membantu dari sisi teknologinya," kata Kepala BTNGR, Sudiyono.
Menurut dia, habitat rusa timor di kawasan hutan NTB, terus terancam karena perburuan liar. Padahal, satwa tersebut masuk dalam fauna yang dilindungi sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 tahun 2018.
Sudiyono menambahkan produksi rusa timor di alam bebas sangat lambat. Proses perkawinan secara alami tergantung kekompakan birahi jantan dan betina.
Upaya memperbanyak populasi dengan teknologi inseminasi buatan terhadap rusa betina yang ditangkarkan sangat memungkinkan untuk dilakukan. Keuntungan lain inseminasi buatan adalah bisa menghemat biaya budi daya karena penangkar bisa memelihara rusa timor betina saja tanpa harus ada pejantan sehingga tidak butuh pakan banyak.
"Menangkarkan rusa betina saja juga lebih aman karena tidak punya tanduk seperti rusa jantan," ujar Sudiyono.
Ia mengatakan keinginan tersebut sudah dibahas dengan pihak terkait. Beberapa pihak yang ikut terlibat antara lain Dinas Pariwisata NTB karena rusa timor juga berkaitan dengan ikon pariwisata daerah dan Taman Nasional Gunung Tambora di Pulau Sumbawa. Selain itu, ada pula komunikasi dengan jajaran Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, khususnya yang membidangi masalah kepariwisataan.
"Kami juga berharap ada dukungan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB, yang memiliki kewenangan terkait teknologi inseminasi buatan," ucap Sudiyono.