Rabu 22 May 2019 02:12 WIB

Polisi Pukul Mundur Massa Hingga Pasar Tanah Abang

Massa masih bertahan di lokasi sekitar Bawaslu.

Rep: Riza Wahyu Pratama/ Red: Friska Yolanda
Pada pukul 00.30 WIB, kepolisian mulai memukul mundur peserta aksi yang masih berada di sekitar kantor Bawaslu. Massa aksi dipukul mundur ke arah Pasar Tanah Abang, Rabu (22/5).
Foto: Republika/Riza Wahyu Pratama
Pada pukul 00.30 WIB, kepolisian mulai memukul mundur peserta aksi yang masih berada di sekitar kantor Bawaslu. Massa aksi dipukul mundur ke arah Pasar Tanah Abang, Rabu (22/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga Rabu (22/5) pukul 02.00 WIB kepolisian masih berusaha membubarkan massa yang berada di kantor Bawaslu. Kepolisian memukul mundur massa hingga Pasar Tanah Abang.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id, kepolisian mulai menangkap massa yang berasal dari luar daerah langsung. "Bagi yang KTP luar daerah langsung tangkap," demikian peringatan dari polisi dari pengeras suara.

Baca Juga

Polisi kembali menembakkan gas air mata untuk ketiga kalinya sebagai peringatan agar massa membubarkan diri. Namun, peringatan tersebut tidak diindahkan dan massa tetap bertahan di posisinya masing-masing.

Sebagian massa yang berhamburan juga bersembunyi di gang-gang sepanjang jalan Wahid Hasyim, mulai dari sisi utara Kantor Bawaslu hingga menuju Pasar Tanah Abang.  Sebagian pasukan kepolisian terlihat batuk-batuk terkena gas air mata. Termasuk pula dengan para wartawan yang berada di sekitar lokasi kejadian. 

Setelah sempat membubarkan diri sejak Selasa (21/5) pukul 20.30 WIB, massa kembali terkonsentrasi di depan Gedung Bawaslu pada pukul 21.30 WIB dan melakukan orasi. Namun bukan hanya orasi, para demonstran juga sempat merusak pagar barikade.

Sekitar 22.15 WIB massa dimediasi oleh Wakapolres Jakarta Pusat AKBP Arie Ardian. Namun, massa terus bersikap provokatif bahkan menantang petugas.

Akhirnya sekitar pukul 22.35 WIB polisi menindak tegas dengan melakukan penghalauan massa ke arah Jalan Wahid Hasyim.

Riza Wahyu Pratama

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement