REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) PKU Muhammadiyah Solo resmi bertransformasi menjadi Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Solo atau disingkat ITS PKU Muhammadiyah Solo. Selanjutnya, ITS PKU MUhammadiyah Solo akan fokus menambah prodi akademik.
Sesuai dengan aturan, jenis perguruan tinggi institut hanya boleh membuka prodi vokasi atau diploma sebanyak 30 persen dari seluruh prodi yamg ada. "Maka ke depan kami akan fokus untuk menyelenggarakan atau menambah prodi akademik atau sarjana bahkan kalau sumber daya manusia kami sudah bisa mendukung, insyaaallah kami ada kesempatan membuka program magister dan doktoral," ungkap Rektor ITS PKU Muhammadiyah Solo Weny Hastuti.
Saat ini, akreditasi perguruan tinggi ITS PKU Muhammadiyah Solo terakreditasi B. Weny menargetkan bisa meraih akreditasi A dalam empat tahun ke depan.
Ketua LLDikti Wilayah VI Jawa Tengah, Sugiarto, mengatakan, LLDikti Wilayah VI Jateng sebagai institusi yang ikut memberikan rekomendasi perubahan bentuk dari Stikes PKU menjadi Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah.
Menurutnya, yang paling penting perbedaan jenis perguruan tinggi itu terletak pada kewenangan menyelengarakan jenis dan jenjang prodi. Kalau universitas dapat menyelenggrakan seluruh atau berbagai aspek bidang ilmu untuk jenjang vokasi, profesi maupun akademik. Kalau institut menyelenggarakan beberapa atau sebagian rumpun ilmu. Sedangkan sekolah tinggi hanya menyelenggarakan satu rumpun ilmu.
"Setelah menjadi institut maka ITS PKU Muhammadiyah ini makin melebar boleh menyelenggarakan berbagai program studi untuk tiga rumpun ilmu yaitu teknologi, sains dan kesehatan. Prodi yang sudah disahkan masing-masing sudah ada wakilnya," papar Sugiarto.
Selanjutnya, bisa dikembangkan prodi-prodi yang berada di bawah tiga rumpun ilmu tersebut. Sehingga, lulusan keperawatan dari ITS PKU Muhammadiyah Solo memiliki keunggulan keperawatan yang menguasai teknologi.
Sugiarto mengingatkan kepada Rektor ITS PKU Muhammadiyah agar segera melakukan migrasi data, penyesuaian kurikulum dan peningkatan kualifikasi dosen. Setelah menjadi institut, maka dosen-dosen yang begelar doktor perlu segera diakselerasi.