Senin 08 Apr 2019 16:24 WIB

Jokowi Sepakat dengan Saran SBY Soal Kampanye Inklusif

Menurut Jokowi kampanye harus menonjolkan kebinekaan.

Calon Presiden nomor urut 1 Joko Widodo melakukan kampanye terbuka di lapangan Sitarda, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (8/4). Kampanye tersebut dihadiri massa pendukung pasangan Joko Widodo - Ma'ruf Amin.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Calon Presiden nomor urut 1 Joko Widodo melakukan kampanye terbuka di lapangan Sitarda, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (8/4). Kampanye tersebut dihadiri massa pendukung pasangan Joko Widodo - Ma'ruf Amin.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Calon presiden (capres) nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) sepakat dengan saran yang diutarakan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bahwa dalam berkampanye harus menonjolkan kebinekaan (bhinneka tunggal ika). Pernyataan SBY itu sebelumnya dituliskan dalam surat yang ditujukan kepada Prabowo Subianto.

"Saya sepakat sekali bahwa setiap kampanye, yang dikemukakan itu, kebanyakan keberagaman, dan yang penting adalah kesatuan kita sebagai negara. Saya kira memang seperti itu," kata Jokowi kepada media usai kampanye terbuka di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (8/4).

Baca Juga

Menurut Jokowi, hal itu menjadi payung untuk mengingatkan masyarakat, bahwa pemilu hanyalah kontestasi lima tahun sehingga jangan sampai merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Mantan Wali Kota Solo itu menjelaskan dalam setiap kampanye politiknya, dirinya selalu menampilkan kekayaan seni budaya serta adat istiadat nusantara melalui karnaval budaya.

"Saya kira itu yang memang sangat kita hindari; politik identitas, politik SARA. Saya kira itu yang kita hindari," kata Jokowi.

Sebelumnya, SBY mengirim surat kepada pimpinan Partai Demokrat terkait kampanye calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di GBK, Jakarta. Presiden keenam RI itu menyebut kampanye Prabowo tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif.

SBY menyarankan kampanye dilakukan dengan inklusif, mencerminkan kebinekaan dan kemajemukan, serta mencegah demonstrasi unjuk kekuatan identitas, baik yang berbasiskan agama, etnis serta kedaerahan, maupun yang bernuansa ideologi, paham dan polarisasi politik yang ekstrem.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement