Selasa 26 Mar 2019 13:00 WIB

Kasus Stunting di Kalteng Terburuk Keempat se-Indonesia

Tahun ini, Dinas Kesehatan Kalteng prioritaskan penanganan stunting di Barito Timur.

Edukasi terkait stunting dan gizi buruk. (Ilustrasi)
Edukasi terkait stunting dan gizi buruk. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKARAYA -- Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah Suyuti Syamsul mengakui, kasus stunting yang terjadi di wilayahnya menempati peringkat keempat terburuk se-Indonesia. Kasus stunting terbanyak terjadi di tiga kabupaten, yakni Barito Timur, Kapuas, dan Kotawaringin Timur.

"Kasus stunting menjadi salah satu fokus utama kami, meskipun sebenarnya telah mengalami penurunan dari 40 persen menjadi sekitar 34 persen dari total anak," katanya di Palangka Raya, Selasa.

Baca Juga

Stunting merupakan kondisi tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan normal. Penyebab utamanya adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir yang biasanya tampak setelah anak berusia dua tahun.

Pada tahun ini, Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah akan fokus dengan penanganan stunting di Barito Timur. Setelah itu, kabupaten lainnya akan disasar. Bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan setempat akan memberikan bantuan berupa pemberian makanan tambahan ibu hamil dan anak usia di bawah dua tahun untuk menghindari stunting.

"Penyediaan bantuan berupa pemberian makanan tambahan itu, rencananya menggunakan dana sekitar dua miliar rupiah yang berasal dari pemerintah pusat dan juga daerah," jelasnya.

Suyuti mengatakan ia belum mengetahui penyebab banyaknya kasus stunting di Barito Timur. Pihaknya akan melaksanakan penelitian secara khusus, bekerja sama dengan perguruan tinggi kesehatan setempat.

Pelibatan pihak perguruan tinggi nantinya akan ditindaklanjuti dengan sebuah nota kesepahaman untuk menentukan daerah binaan. Pihaknya juga akan melakukan kolaborasi pembiayaan antara pemerintah pusat dan daerah untuk pelaksanaannya.

Jika suatu daerah ditemukan banyak kasus stunting maka mahasiswa dari perguruan tinggi kesehatan akan ditugaskan ke sana untuk melakukan pendampingan di bawah koordinasi  dosennya. Suyuti mengatakan, mereka akan mendampingi seribu hari pertama usia kehidupan dan semuanya dipantau sejak awal kelahiran.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement