REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin mengaku turut prihatin atas tertangkapnya politikus Partai Demokrat Andi Arief atas dugaan penggunaan narkoba jenis sabu. Sebagai seorang teman, Ngabalin pun bahkan menyampaikan turut mendoakan Andi.
"Saya sembahyang dua rakaat loh tadi waktu kemarin mendoakan dia. Demi Allah, karena saya merasakan dia seorang politisi anak muda seperti saya, kawan saya, saya sembahyang sunnat dua rakaat," ujar Ngabalin di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (5/3).
Ngabalin mengatakan, dalam doanya, dia meminta agar Allah melindungi Andi. Ia juga berharap Andi berhenti menggunakan narkoba. Ngabalin sendiri mengaku baru mengetahui Andi telah menggunakan obat-obatan terlarang. Kendati demikian, perilaku tersebut dinilainya merupakan masalah pribadi Andi.
Ngabalin juga berencana akan menjenguk Andi namun masih terbentur oleh padatnya agenda. Lebih lanjut, terkait pernyataan Waketum DPP Gerindra Arief Poyuono yang menyalahkan pemerintahan Jokowi atas keterlibatan Andi dalam kasus narkoba, Ngabalin pun mengaku heran.
"Dia yang melakukan pelanggaran, dia yang pergi bersenang-senang, ujung-ujungnya kok Jokowi yang salah. Di mana logikanya," ucapnya.
Sebelumnya, Waketum DPP Gerindra Arief Poyuono menyebut Andi Arief merupakan korban kegagalan Pemerintah Joko Widodo dalam pemberantasan narkoba di Indonesia. "Dan peredaran narkoba sendiri bukannya makin menurun malah makin banyak di era Joko Widodo dan makin mengancam generasi Indonesia," kata Arief, Senin (4/3).
Kepolisian sendiri telah melakukan pemeriksaan terhadap Andi Arif dan dinyatakan positif narkoba. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Mohammad Iqbal menyampaikan, hingga saat ini penyidik masih melakukan pemeriksaan terhadap Andi.
Seperti diketahui, Andi Arief ditangkap di sebuah hotel di Slipi, Jakarta Barat. Penangkapan tersebut dilakukan oleh Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri itu dilakukan pada Ahad (2/3) malam.