Senin 04 Mar 2019 15:23 WIB

Menhub: LRT Palembang Butuh Waktu Tujuh Tahun Agar Ramai

Dibutuhkan 10-15 tahun untuk mengalihkan masyarakat dari kendaraan pribadi

Sejumlah penumpang cilik dan orang tuanya bercengkerama di atas Light Rail Transit (LRT) atau kereta api ringan Palembang, Sabtu (29/12/2018).
Foto: Antara/Feny Selly
Sejumlah penumpang cilik dan orang tuanya bercengkerama di atas Light Rail Transit (LRT) atau kereta api ringan Palembang, Sabtu (29/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai moda transportasi massal Light Rail Transit (LRT) Palembang, membutuhkan waktu tujuh tahun lagi untuk ramai digunakan masyarakat. Budi mengatakan jika merujuk ke negara tetangga, Singapura maka setidaknya dibutuhkan waktu 10-15 tahun untuk mengalihkan masyarakat dari kendaraan pribadi ke angkutan transportasi massal.

Budi menilai Indonesia dapat lebih cepat dari Singapura atau hanya membutuhkan waktu tujuh tahun karena masyakat Kota Palembang sudah meninggalkan angkutan kota "opelet".

"Singapura mencatat butuh 10-25 tahun itu ketika mereka masih menggunakan opelet, sementara Indonesia sudah meninggalkan opelet, ya artinya bisa hanya tujuh tahun saja," kata dia, Senin (4/3).

Ia mengatakan keberadaan LRT di Palembang ini merupakan revolusi transfortasi massal di Tanah Air yang sepatutnya terus diperjuangkan karena nantinya bakal menjadi satu-satunya solusi kemacetan di perkotaan. Menurutnya, nantinya Kota Palembang bakal menjadi rujukan kota-kota di Indonesia karena sudah lebih dahulu melakukan langkah antisipasi.

Untuk itu, langkah pengintegrasian kereta dalam kota Light Rail Transit (LRT) Palembang dengan Bus Damri dan Bus Transmusi patut didukung oleh semua pihak. Pemberlakukan tiket terusan integrasi LRT Palembang dengan moda transfortasi lain pada 24 Februari 2019 diharapkan dapat semakin membiasakan masyarakat menggunakan moda transfortasi massal.

"Tiket sangat murah hanya Rp7.000 lebih kurang, ada jaminan pula tiba tempat waktu dari suatu tempat ke tempat lain," kata dia.

Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan, PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional III Palembang, Perum Damri, PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya (SP2J) dan Dinas Perhubungan Sumatera Selatan, resmi menerapkan tiket terusan/integrasi angkutan LRT pada Ahad (24/2).

Terdapat tiga kategori tarif pada tiket integrasi ini, yakni umum, mahasiswa, dan pelajar. Khusus untuk mahasiswa dan pelajar ditetapkan tarif yang lebih murah dibandingkan kategori umum karena pemerintah ingin membudayakan penggunaan transfortasi umum ke kalangan milenial.

Untuk tarif integrasi LRT-Damri, penumpang umum Rp10.000, mahasiswa dan pelajar tarifnya sebesar Rp7.000. Tarif LRT-Trans Musi untuk kategori umum dan mahasiswa Rp7.000, pelajar hanya sebesar Rp 5.000. Sementara, jika penumpang menggunakan Damri-LRT-Trans Musi, besaran tarif yang harus dibayar untuk penumpang umum dan mahasiswa Rp12.000, pelajar Rp10.000.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement