Ahad 03 Mar 2019 19:30 WIB

Prabowo Puji Keberhasilan Pertumbuhan Ekonomi Era Orde Baru

Prabowo memuji sejumlah keberhasilan era orde baru berkuasa.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Bayu Hermawan
Dukungan API untuk Prabowo-Sandi. Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kiri) dan Sandiaga Uno (kedua kanan) serta Dewan Penasehat Badan Pemenangan Nasional Amien Rais (kanan) berfoto bersama saat konsolidasi nasional Aliansi Pencerah Indonesia (API) bersama eksponen Muhammadiyah di Jakarta, Minggu (3/3/2019).
Foto: Antara/Tim Media Prabowo-Sandi
Dukungan API untuk Prabowo-Sandi. Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kiri) dan Sandiaga Uno (kedua kanan) serta Dewan Penasehat Badan Pemenangan Nasional Amien Rais (kanan) berfoto bersama saat konsolidasi nasional Aliansi Pencerah Indonesia (API) bersama eksponen Muhammadiyah di Jakarta, Minggu (3/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto memuji sejumlah keberhasilan yang dicapai pada masa orde baru. Salah satu sektor yang dipandang Prabowo cukup berhasil diantaranya pada pertumbuhan ekonomi.

"Kita (pernah) menjadi anak emas daripada barat. Kita menjadi The Darling of The World Bank. Tahun 96, 97 mereka selalu mengatakan The Fundamental of The Indonesian economy is very strong," kata Prabowo di hadapan peserta konsolidasi nasional dan silaturahni Aliansi Pencerah Indonesia (API), Hotel Sahid, Jakarta, Ahad (3/3)

Prabowo juga menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia 25 tahun lalu bisa mencapai 6 hingga 8 persen. Prabowo justru heran enam bulan setelah itu keadaan ekonomi anjlok.

"Memang saya bukan ahli ekonomi, saya tidak punya gelar ekonomi, tapi saya waktu itu ingin bertanya apa yang terjadi kepada bangsa kita," ungkapnya.

Mantan Danjen Kopassus itu pun kemudian mencari tahu fenomena tersebut. Ia pun bertekad berkeliling Indonesia untuk menjelaskan kepada seluruh rakyat terkait fenomena yang dialami Indonesia yaitu mengalirnya kekayaan dalam negeri ke luar negeri.

"Ini masalah penyakit bangsa Indonesia yang paling fundamental. Ini harus saya sadarkan rakyat saya, saya harus keliling untuk beri tahu, 20 tahun yang lalu, tapi sudah sempat kondisi politik berjalan, terjadi mei 1998, kita bertanya-tanya apa yang terjadi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement