Kamis 14 Feb 2019 07:58 WIB

Pengamat: Rumusan Program Pangan Kedua Capres Masih Umum

Isu yang bisa digali soal pangan, yakni komoditas pertanian dan reformasi agraria.

Petani menebar pupuk pada tanaman padi di persawahan Desa Bojonegoro, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, Senin (11/2/2019).
Foto: Antara/Anis Efizudin
Petani menebar pupuk pada tanaman padi di persawahan Desa Bojonegoro, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, Senin (11/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pertanian Khudori menyatakan rumusan dalam program sektor pangan yang ditawarkan oleh kedua kubu calon presiden masih bersifat umum dan belum terperinci. "Sepintas kalau saya baca rasanya hanya disinggung sedikit karena rumusannya biasanya umum," kata Khudori ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (13/2).

Terkait dengan perkembangan beragam komoditas pangan selama beberapa tahun terakhir, menurut dia, hal tersebut harus dilihat per komoditas pertanian. Ia mencontohkan padi, yang berdasarkan data yang sudah dikoreksi BPS ditemukan bahwa produksi padi mengalami surplus hingga sekitar 3 juta ton.

Selain itu untuk komoditas jagung, mengacu kepada data kementerian teknis ada surplus, namun hal itu dinilai masih menjadi kontroversial. "Data kementerian teknis kita surplus luar biasa, namun masih jadi kontroversi karena surplus tetapi peternak kesulitan mendapatkan jagung untuk pakan," katanya.

Sedangkan untuk kedelai, lanjutnya, produksinya bukannya naik tetapi mengalami penurunan sehingga tingkat ketergantungan terhadap impor juga semakin tinggi. Sementara untuk gula dan daging sapi relatif sama, yaitu relatif stagnan karena selama beberapa tahun terakhir tingkat produksinya hampir-hampir mirip dan tidak ada lonjakan.

Untuk program reforma agraria, pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) itu melihat kepada dua hal yaitu kepada program perhutanan sosial yang perkembangannya dinilai cukup cepat. Namun, untuk program pembagian lahan kepada petani dinilai masih mengalami banyak hambatan yang terjadi karena beberapa faktor yang kompleks dan harus dilihat per daerah penyebabnya. 

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement