REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Gereja Katedral di Pulau Jolo, Provinsi Sulu dibom pada Ahad (27/1). Jumlah korban tak tanggung-tangung, sedikitnya 20 orang tewas dan mencederai 100 lainnya.
Besarnya angka korban karena serangan berlangsung saat jemaat sedang kebaktian. Bom pertama meledak di dalam katedral, dan ledakan kedua terjadi di luar. Bom kedua meledak saat aparat mendekat ke lokasi.
Ledakan ini menjadi alarm bagi Pemerintah Filipina bahwa serangan teror belumlah usai. Pemerintah Filipina berjanji akan menghabisi para pelaku teror tersebut.
"Angkatan bersenjata Filipina akan bangkit menghadapi tantangan dan menghabisi para penjahat yang tak bertuhan ini," tegas juru bicara Presiden Filipina, Salvador Panelo.
Belum diketahui pasti motif dan pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Kelompok ISIS mengklaim berada di balik serangan itu. Namun klaim itu kerap diragukan.
Baca juga, Ledakan Bom Gereja Katedral Filipina Tewaskan 19 Orang.
Polisi lebih cenderung mendukung kelompok Abu Sayyaf berada di balik serangan tersebut. Jolo merupakan basis utama kelompok Abu Sayyaf.
Aparat yakin serangan itu dilakukan oleh faksi Abu Sayyaf yang bernama "Ajang-Ajang". Kelompok ini kerap melakukan penculikan dan penyiksaan di Provinsi Sulu.
Menurut polisi motif serangan ini merupakan balas dendam. Mereka melancarkan serangan untuk membalas kematian kerabatnya yang dibunuh dalam operasi melawan Abu Sayyaf.
Rommel Banlaoi, kepala Philippine Institute for Political Violence and Terrorism Research, mengatakan, kelompok 'Ajang-Ajang' menyebut diri mereka 'Pasukan Martir'.