Selasa 12 Feb 2019 00:50 WIB

Jenazah Hancur Persulit Identifikasi Pelaku Bom Gereja

Petugas berupaya terus melakukan identifikasi DNA melalui serpihan tubuh pelaku.

Rep: arif satrio nugroho/ Red: Dwi Murdaningsih
Polisi berjaga di luar gereja yang menjadi sasaran bom pada Ahad (27/1) di Jolo, Filipina.
Foto: AP
Polisi berjaga di luar gereja yang menjadi sasaran bom pada Ahad (27/1) di Jolo, Filipina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri masih belum memastikan identitas jenazah dua pelaku bom bunuh diri gereja Katolik di Pulau Jolo, Filipina Selatan, yang diduga warga negara Indonesia. Sebab, kondisi jenazah menyulitkan petugas untuk melakukan identifikasi.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo menuturkan, Polri sudah memberangkatkan tim khusus ke Jolo. "Tim masih di sana, karena mohon maaf ya di Filipina itu, bodi pelaku  betul-betul hancur karena itu high explosive (ledakan berkekuatan tinggi)," ucap Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Senin (11/2).

Petugas berupaya terus melakukan identifikasi DNA melalui serpihan tubuh pelaku.  Nantinya jika DNA sudah diidentifikasi, kata Dedi, petugas tetap akan menempuh proses panjang. Tim Polri juga masih harus mencari pihak keluarga atau orang tua dari pemilik DNA tersebut untuk diketahui identitasnya.

"Kita harus menemukan pihak keluarga siapa orang tuanya. Siapa keluarga dan pembandingnya. Kalau sudah ada kesamaan baru di-publish," ujar Dedi.

Berdasarkan koordinasi dengan kepolisian setempat, lima orang tersangka yang merupakan kelompok Abu Sayyaf menyerahkan diri dan masih diinterogasi untuk memastikan dua tersangka utama yang tewas.

Lima anggota kelompok Abu Sayyaf yang telah menyerahkan diri, yakni Kammah L. Pae, Albaji Kisae Gadjali alias Awag, Rajan Bakil Gadjali alias Radjan, Kaisar Bakil Gadjali alias Isal serta Salit Alih alias Papong, terus dimintai keterangan untuk mencari dua jasad pelaku. Insiden bom bunuh diri itu mengakibatkan 22 orang meninggal dunia dan 100 orang luka-luka.

Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano dalam konferensi pers di Provinsi Visayas, Filipina, 1 Februari lalu, menyebut pelaku bom bunuh diri adalah pasangan suami istri WNI bernama Abu Huda dan seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya.

Namun, berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan KBRI Manila dan KJRI Davao, pihak intelijen Filipina (NICA) sendiri belum mengetahui dasar penyampaian informasi yang dilakukan Menteri Ano tentang keterlibatan WNI dalam bom bunuh diri itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement