Senin 14 Jan 2019 15:23 WIB

Ini Kendala Identifikasi Bom di Rumah Petinggi KPK

Terlalu banyak paparan sidik jari di dua barang yang dicurigai sebagai bom tersebut.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ratna Puspita
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes  Polri, Jakarta Selatan, Kamis (20/12).
Foto: Republika/Ijal Rosikhul Ilmi
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (20/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi mengaku kesulitan dalam mengidentifikasi bom molotov dan bom palsu yang ditemukan di kediaman Wakil Ketua KPK Laode M Syarif maupun Ketua KPK Agus Raharjo. Terlalu banyak paparan sidik jari di dua barang yang dicurigai sebagai bom tersebut. 

Di kediaman Laode, Jalan Kalibata Selatan 42 C, Kalibata, Jakarta Selatan, identifikasi molotov terhambat karena banyaknya sidik jari terpapar di botol molotov tersebut. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo menuturkan, botol molotov itu sudah terlalu banyak dijamah orang sesaat setelah ditemukan. 

"Pada saat kejadian sudah terlalu banyak pihak rumah yang memegang, kemudian karena saat itu ada api kemudian disiram air," kata Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Senin (14/1).

Kendala serupa juga terjadi saat polisi berupaya mengidentifikasi sidik jari di tas berisi bom palsu di rumah Agus Rahardjo, Perum Graha Indah Blok A9/15 RT. 004/014 Jatimekar, Jatiasih, Kota Bekasi. Proses pendeteksian tas mencurigakan hingga diungkap bahwa benda tersebut adalah bom palsu membuat benda tersebut terpapar terlalu banyak sidik jari petugas. 

Dedi menjelaskan, tas pertama kali ditemukan di rumah Agus, lalu aparat langsung menurunkan tas tersebut. Paralon yang ada di dalam tas tersebut yang berisi kabel, baterai dan semen putih kemudian di gergaji petugas untuk mengetahui kandungan senyawa. "Ada banyak sidik jari di situ," ujar Dedi. 

Karena itu, Tim Inafis Polri pun masih berupaya melakukan identifikasi lebih teliti dan dengan cara khusus untuk mengidentifikasi tiap sidik jari yang terpapar, baik di molotov maupun di bom palsu tersebut. Dedi menyebut, pengungkapan sidik jari ini bahkan perlu teknologi khusus. 

"Itu butuh kesabaran dan proses yang harus detail, tidak bisa buru-buru," ujar dia. 

Molotov ditemukan di kediaman Laode pada Rabu (9/7). Di hari yang sama, bom palsu pun ditemukan di rumah Agus Rahardjo. Polisi masih belum menemukan tersangka dua kejadian teror di rumah kedua pimpinan KPK tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement