Senin 14 Jan 2019 14:21 WIB

Kokoda, Kampung Masyarakat Nomaden yang Kian Maju

Kokoda adalah kampung binaan Muhammadiyah di Papua Barat.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
 Kampung Warmon Kokoda di Kabupaten Sorong, Papua Barat.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampung Warmon Kokoda di Kabupaten Sorong, Papua Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, SORONG -- Siapa sangka Kampung Warmon Kokoda di Distrik Mayamuk, Kabupaten Sorong, Papua Barat, bisa seperti kampung-kampung lain di Indonesia. Keraguan kepada mantan masyarakat nomaden itu terjawab sudah.

Masyarakat Kampung Warmon Kokoda merupakan salah satu suku pedalaman yang ada di Papua Barat. Beberapa tahun lalu, kehidupan masyarakatnya masih berpindah-pindah menempati lahan yang kosong.

Namun, tiap kali kepindahan mereka kerap menimbulkan masalah. Tidak jarang, mereka pindah ke lahan-lahan, yang tanpa mereka ketahui merupakan lahan yang sudah dimiliki masyarakat lain.

Masyarakat transimgran misalnya. Tidak terhitung berapa kali benturan terjadi antara mereka dan masyarakat transmigran. Padahal, keduanya merupakan elemen bangsa yang seharusnya menerima hak hidup.

Hal itulah yang mengundang keprihatinan Muhammadiyah. Terlebih, orang-orang seperti merekalah yang selama ini Muhammadiyah perjuangkan.

photo
Peresmian rumah baca di Kampung Warmon Kokoda, Sorong, Papua Barat, Sabtu (12/1).

STKIP Muhammadiyah Sorong, atau yang kini sudah berubah nama jadi Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong, menjadi yang pertama kali menjabat tangan masyarakat Kokoda pada 2012.

Kala itu, lahan Kampung Warmon yang ditinggali masyarakat Kokoda sejak 1996 masih berupa rawa. Tidak ada jalan yang layak dilintasi, tidak ada tanah yang layak ditanami, bahkan tidak ada air yang layak dikonsumsi.

Pada 2012, generator menjadi bantuan pertama yang diberikan. Tujuannya, agar anak-anak Kokoda tidak melulu bermain di kegelapan, dan keluarga tidak harus repot membuat bara api untuk bisa bercengkerama.

"Muhammadiyah datang langsung silaturahmi dengan kami dan mereka menyediakan sebuah penerangan, satu unit generator lima kilo," kata Jalil Namugur, orang yang kini menjabat Ketua RT 1 Kampung Warmon Kokoda, Sabtu (12/1).

Ketua RT, jabatan yang dulu mungkin tidak pernah terbayangkan ada di Kampung Warmon Kokoda. Pembinaan berlanjut, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah jadi mesin penggeraknya.

Pembangunan yang rencananya direncanakan sederhana, naik ghirahnya menjadi total. Terlebih, itu sesuai program Muhammadiyah yang hendak meningkatkan kehidupan masyarakat di daerah terdepan, terluar tertinggal (3T).

Serentak seperti yang dilakukan di Sambi Rampas Nusa Tenggara Timur, Sembalun Nusa Tenggara Barat, Sebatik Kalimantan Utara, dan Berau Kalimantan Timur, transformasi terus dilakukan di Kampung Warmon Kokoda.

Tidak berhenti, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) digandeng menjadi mitra pembinaan. Selama tiga periode sejak 2016, ratusan mahasiswa KKN UMY bernama Mahardika Bakti Nusantara mengabdikan diri untuk masyarakat Kokoda.

Dari merekalah, inisiasi rumah baca Nabaca Bukuga lahir. Bermodalkan kayu-kayu lusuh, mereka membuat bangunan panggung bernuansa alam. Tidak cuma membaca, anak-anak jadi banyak berkegiatan di sana.

Waktu berjalan, bangunan rapuh tapi kerap membawa kebahagiaan bagi anak-anak Kokoda itu berganti. Kini, bangunan rumah baca begitu kokoh, lengap lukisan-lukisan dinding yang mempercantik pemandangan.

"Sebab membaca merupakan proses kemajuan, dan kita terus berharap pembangunan kualitas manusia yang kita lakukan bisa terus diwujudkan di daerah-daerah 3T," ujar Rektor UMY, Gunawan Budianto, saat menghadiri peresmian Nabaca Bukuga.

Selain itu, Muhammadiyah terus berusaha mewujudkan mimpi membangunkan rumah permanen bagi masyarakat Kokoda. Hasilnya, 55 unit rumah permanen dihadirkan, dan menjelma menjadi elemen peradaban penting bagi masyarakat Kokoda.

Pada Sabtu (12/1), semua mimpi seakan terwujud. Rumah baca diresmikan, batu pertama pembangunan unit sekolah baru diletakkan, sertifikat dan kunci rumah resmi diserahkan kepada Kampung Warmon Kokoda.

"Tidak pernah membayangkan akan berkumpulnya tokoh-tokoh meresmikan berbagai pembangunan yang kita semua lakukan di Kampung Kokoda ini," ujar Ketua MPM PP Muhammadiyah, M Nurul Yamin.

Ia bersyukur, tiga tahapan pembinaan mampu diberikan. Mulai tempat tinggal demi mengatasi permasalahan lahan, pendidikan bagi anak-anak, dan pendampingan untuk bertahan hidup seperti bertani, beternak dan menjadi nelayan.

Yamin turut bersyukur, pemberdayaan mengalami akselerasi luar biasa setidaknya tiga tahun terakhir. Kini, Kokoda bahkan telah mengalami transformasi tata pemerintahan, yang kini setara dengan kampung-kampung lain di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement