Jumat 04 Jan 2019 19:20 WIB

Jumlah Sirene Tsunami di Sumbar Jauh dari Ideal

106 sirene itu ada yang dikelola BPBD provinsi, kota, BMKG, atau Pemprov Sumbar.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andi Nur Aminah
Bangunan sirene tsunami (ilustrasi)
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Bangunan sirene tsunami (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Provinsi Sumatra Barat ternyata masih kekurangan sirene tsunami. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar mencatat, saat ini hanya terdapat 106 sirene tsunami yang tersebar di tujuh kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia.

Kepala Pelaksana BPBD Sumbar Erman Rahman menyebutkan, idealnya wilayah Sumatra Barat memiliki sekitar 600 sirene untuk mengingatkan warga bila ada potensi tsunami. "Angka itu ideal untuk tujuh wilayah pesisir. Saat ini, 106 sirene itu ada yang dikelola BPBD provinsi, kota, BMKG, atau Pemprov Sumbar," jelas Rahman, Jumat (4/1).

Tantangan soal kesiapsiagaan bencana tak hanya datang dari minimnya jumlah sirene tsunami. Rahman mengungkapkan, empat dari lima alat pengukur muka air laut atau tide gauge tidak berfungsi optimal.

Meski tetap merekam data tinggi air laut, keempat tide gauge tidak mengirim data secara terkini. Petugas masih harus mengunduh data secara manual bila ingin mengukur tren perubahan muka air laut. "Nanti kami koordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan seluruh alat ini berfungsi optimal," jelas Rahman.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatra Barat Ade Edward menjelaskan bahwa tide gauge memiliki fungsi penting sebagai pendeteksi dini tsunami. Tide gauge yang terpasang di Kepulauan Mentawai bisa mengirim peringatan kepada stasiun di Kota Padang bila memang ada perubahan muka air laut secara signifikan. Artinya, warga di pesisir barat Sumatra memiliki waktu sekian menit untuk mengevakuasi diri bila ada gempa besar terjadi atau timbul longsoran bawah laut.

"Itu memang harus ditingkatkan teknologinya, tidak lagi menggunakan akses satelit karena akses satelit sering gagal. Kita usulkan pakai frekuensi radio," katanya.

Selain menambah jumlah sirene tsunami dan perbaikan tide gauge, Ade juga mengingatkan pemerintah untuk menambah unit kamera pemantau (CCTV) di titik-titik keramaian di tepi pantai. Hal ini untuk memastikan kejadian tsunami bila memang ada indikasi ke arah sana, misalnya terjadi gempa dengan magnitudo besar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement