Rabu 02 Jan 2019 06:34 WIB

Bupati Nduga Minta Maaf Soal Pembunuhan Pekerja Trans-Papua

Bupati Nduga berharap tidak ada kekerasan lagi tahun ini dan tahun-tahun mendatnag.

Prajurit TNI bersiap menaiki helikopter menuju Nduga di Wamena, Papua, 5 Desember 2018. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Iwan Adisaputra
Prajurit TNI bersiap menaiki helikopter menuju Nduga di Wamena, Papua, 5 Desember 2018. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Bupati Nduga Yarius Gwijangge menyatakan permintaan maafnya kepada semua pihak terutama keluarga korban PT Istaka Karya, terkait kekerasan pada awal Desember 2018. Kekerasan tersebut, yakni tewasnya belasan pekerja PT Istaka Karya yang sedang mengerjakan pembangunan jalan trans-Papua di Yigi, Kabupaten Nduga.

"Saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, kepada para keluarga dan anak-anaknya yang jadi korban kekerasan di Nduga. 2018 adalah tahun sial dan mengerikan bagi kita, seharusnya tidak terjadi tapi terjadi," katanya di Kota Jayapura, Papua, Selasa (1/1).

Pernyataan maaf ini disampaikan Yairus didampingi Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf M Aidi di Bukit Polimak. "Harapanya pada tahun ini dan tahun kedepan tidak terjadi aksi kekerasan lagi. Saya harap jangan terjadi lagi," ujarnya.

Pada momentum ini, Bupati Nduga dua periode itu mengajak agar masyarakat diseluruh kampung dan distrik di Kabupaten Nduga untuk berpikir bagaimana membangun daerah. "Ada baiknya kita semua berpikir untuk hidup baik, kekompakan, kebersamaan kita itu yang perlu dipikirkan. Saling tuding, membunuh, saling menyalahkan satu sama yang lain itu kurang bagus, tahun 2019 ini semoga tidak terjadi (kekerasan) lagi," ucapnya, berharap.

 

"Mereka yang sudah melakukan pembunuhan terhadap anak-anak Tuhan yang tidak berdosa itu, terkutuklah mereka. Ini cara yang sangat biadab, yang sangat tidak manusiawi, ini cara yang tidak bagus yang mereka (kelompok kriminal bersenjata atau KKB-red) lakukan, saya sampaikan permohonan maaf, mereka sudah salah," tambahnya.

Akibat kekerasan itu, kata dia, masyarakat Nduga menjadi trauma oleh kejahatan KKB, sementara TNI dan Polri sedang melaksanakan tugas negara, melindungi rakyat agar tidak terjadi aksi kekerasan. "Pemerintah punya kewajiban lewat TNI dan Polri untuk melindungi rakyatnya dari aksi tidak terpuji oleh kelompok itu. Harapanya TNI dan Polri bisa bertugas secara profesional, TPN/OPM atau KKB adalah musuh bangsa, silakan kejar mereka, asal rakyat saya tidak korban," tuturnya.

Pada 1 dan 2 Desember 2018, sebanyak 28 pekerja jalan transPapua dari PT Istaka Karya menjadi korban kekerasan dari kebiadan KKB pimpinan Egianus Kogoya bersama puluhan anak buahnya. Dari aksi itu, 17 pekerja ditemukan tewas, empat di antaranya masih dilakukan pencarian oleh tim gabungan TNI dan Polri, sisanya sudah kembali bersama keluarga.

Selain itu, lima personel TNI dan Polri tak luput dari aksi tersebut. Satu di antaranya tewas atas nama Sertu Anumerta Handoko, empat lainnya luka berat dan ringan. Di pihak warga Nduga juga beredar kabar tiga hingga empat orang lainnya dikabarkan tewas.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement