REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Bayu Adji Prihammanda
Kondisi Pantai Carita yang berada di Kabupaten Pandeglang nampak sepi pada Sabtu (29/12). Sepanjang mata memandang, hampir tak ada satu pun manusia yang menikmatinya. Peristiwa tsunami pada Sabtu (22/12) masih menyisakan trauma bagi masyarakat kembali ke tempat itu.
Suara ombak bercampur angin yang datang dari lautan terdengar jelas. Ombak setinggi 0,5 meter-2 meter itu secara bergantian menyentuh bibir pantai.
Jejak kaki manusia masih tersisa di pantai itu, menandakan pascatsunami masih ada orang yang datang. Jejak kaki itu bercampur dengan sampah plastik dan puing-puing kaku sisa terjangan tsunami sepekan lalu.
Edi, salah satu penjaga hotel di lokasi itu mengatakan, biasanya pada akhir pekan seperti ini ramai pengunjung berdatangan. Namun, pascatsunami hampir tak ada pengunjung yang menikmati keindahan Pantai Carita.
"Hotel saya juga kena," kata lelaki berusia sekitar 40 tahun itu saat ditemui Republika di Pantai Carita, Sabtu (29/12) sore.
Lokasi hotel yang dijaga Edi memang tepat berada di tepi bibir pantai. Pagar batu yang terikat kawat besi, berfungsi menahan air pasang pun hancur. Batu-batunya terlepas dari sarangya.
Beberapa saung yang sengaja dibuat untuk para tamu menikmati pantai pun rusak tak tersisa. Hanya ada beberapa kayu yang terlihat saung yang berdiri tegak.
Beruntung, hotel yang dijaga Edi masih berdiri kokoh. Lampu penerangan hotel itu pun tak bermasalah. Namun, hotel terlihat sepi. Tak ada satu pun tamu yang datang, meski saat itu adalah akhir pekan.
Suasana sore itu memang tak seperti akhir pekan biasanya di Pantai Carita. Sepi layaknya pantai tak berpenghuni.
Namun, ketika Republika memandang ke arah laut lain terlihat beberapa orang seperti tenggelam. Ketika didekati, ternyata ada beberapa orang sedang berselancar. Mereka nampak andal dalam memainkan papan selancarnya di atas ombak yang bergulung, seperti tak peduli bahwa tsunami baru terjadi.
Ali, salah satu anak yang berselancar itu mengatakan, anak-anak di sekitar pantai tetap latihan berselancar, bahkan satu hari setelah tsunami terjadi. Tak ada ketakutan di wajahnya, hanya rasa lelah karena baru naik ke atas pantai.
"Dari hari pertama (Ahad) juga langsung main. Nggak takut (kalau tsunami datang lagi). Tinggal ke tengah (laut) aja," ucap anak berusia belasan itu penuh keyakinan.
Sejauh mata memandang, memang hanya Ali dan teman-temannya sekitar tujuh orang, yang sedang beraktivitas di pinggir pantai. Mereka terlihat bahagia, meski bencana baru saja menimpa.
Apalagi, saat ini kondisi pantai sedang sepi. Kesepian itulah yang dinikmatinya untuk bermain papan selancar di Pantai Carita.
Meski begitu, menurut Ali, sejak kejadian tsunami tak ada satu pun tamu yang datang berkunjung. Padahal, jika tak terjadi tsunami, hampir setiap hari pantai selalu dikunjungi tamu.
Apalagi, lanjutnya, saat ini akhir pekan. Ditambah momen perayaan Tahun Baru. "Biasanya di sini ratusan orang, eh ribuan. Sekarang sudah mulai tahun baru kan," kata dia.
Setelah puas berselancar, mereka kembali ke pantai dan istirahat sekitar 15 menit. Selanjutnya, para pemuda itu kembali ke rumahnya masing-masing.
Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 18.13 WIB. Matahari yang sebelumnya masih nampak besar, telah menghilang di ufuk barat. Semburat oranye masih nampak di kejauhan.
Pantai Carita sore itu pun kembali sepi. Tak lagi terlihat manusia di sejauh mata memandang. Hanya ada sisa sisa jejak kaki di pasir, bersama puing kayu, dan juga sampah plastik. Sesekali kepiting muncul di pasir, berlari, dan kembali bersembunyi.
Kejadian tsunami sepekan lalu memang membuat kondisi pariwisata di pesisir Banten mati suri. Namun, tak sedikit orang yang berharap keadaan kembali normal. Dengan begitu, masyarakat dapat kembali menjalani aktivitasnya seperti biasa. Begitu juga dengan pariwisata, semakin banyak mendatangkan tamu untuk kembali menikmati keindahan Pantai Carita.