Kamis 27 Dec 2018 08:30 WIB

Lokasi Likuefaksi di Palu Banyak Dikunjungi Wisatawan

Wisatawan yang datang dari dalam dan luar negeri.

Dampak likuefaksi yang terjadi di Petobo, Palu, Sulawesi Tengah menarik minat masyarakat untuk berkunjung. Masyarakat berbondong-bondong datang dan mengabadikan dampak bencana tersebut, Senin (29/10).
Foto: Republika/Umi Nur Fadhilah
Dampak likuefaksi yang terjadi di Petobo, Palu, Sulawesi Tengah menarik minat masyarakat untuk berkunjung. Masyarakat berbondong-bondong datang dan mengabadikan dampak bencana tersebut, Senin (29/10).

REPUBLIKA.CO.ID,  PALU -- Dua hari terakhir ini beberapa lokasi tsunami dan likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) banyak dikunjungi para wisatawan. Mereka datang dari dalam maupun luar negeri.

Seperti yang terlihat di lokasi masjid terapung di Teluk Palu yang rusak akibat gempa dan tsunami, Rabu (26/12), dipadati wisatawan lokal dan mancanegara. Begitu pula di lokasi bekas tsunami di Desa Wani, Kabupaten Donggala. Para wisatawan mengisi masa liburan Natal dengan mengunjungi lokasi tempat kapal terdampar di darat akibat diterjang gelombang tsunami pada 28 September 2018.

Sebuah kapal yakni KM Sabuk Nusantara terdampar di antara bangunan rumah penduduk di Desa itu. Hampir tiga bulan pasca bencana alam gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi, menerjang tiga daerah di Sulteng itu, banyak wisatawan datang dan mengunjungi lokasi-lokasi yang diporak-porandakan bencana alam.

Lokasi lainnya yang juga padat pengunjung adalah likuifaksi Balarora dan Petono di Kota Palu dan Jono Oge serta Sibalaya di Kabupaten Sigi. Hiyoto, seorang wisatawan asal Jepang mengatakan datang ke Kota Palu bersama beberapa rekannya hanya untuk melihat lokasi-lokasi terdampak bencana alam di Sulteng.

"Kami memang khusus datang hanya untuk melihat seperti apa Palu, Donggala dan Sigi yang diterjang gempabumi 7,4 SR dan tsunami serta likuieaksi," kata dia.

Menurut dia, bencana yang menimpah Palu, Donggala, dan Sigi, cukup dahsyat dan sangat memprihatinkan, sebab menelan korban jiwa sampai ribuan orang.

Selain itu, kata dia, banyak bangunan rumah penduduk yang hancur. Juga pusat perbelanjaan seperti Mall Ramayana Tatura Palu yang dibangun pertama di Palu itu juga hancur diterjang gempa.

Selama beberapa hari di Palu, Hiyoto mengatakan cukup puas karena bisa melihat langsung Palu, Donggala, dan Sigi. Ia akan kembali lagi ke Jepang dalam satu-dua hari ke depan.

Dia juga kagum dengan suasana di Kota Palu yang cukup ramai, padahal baru saja diporak-porandakan gempa, tsunami, dan likuefaksi. Pemulihan ekonomi di Kota Palu terbilang cukup cepat. Hal itu bisa dilihat dari pusat-pusat ekonomi sudah kembali ramai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement