Setelah kembali ke pos penjagaan, Yanto mulai menceritakan apa yang terjadi pada Sabtu malam (22/12). Dia mengatakan, saat Anak Gunung Krakatau menyemburkan magma, orang-orang justru senang melihat fenomena alam yang jarang terjadi itu. Mereka tidak mencurigai apa yang akan terjadi setelahnya.

"Orang-orang mah malah senang. Bagus katanya," kata dia.

Entah firasat atau apa, kata dia, sebelum bencana itu terjadi, ia memilih kembali ke rumah untuk membersihkan diri pada pukul 20.00 WIB. "Jarak ke rumah cuma 15 menit dari sini," ujarnya.

Setelah membersihkan diri, ia menyempatkan diri untuk menikmati kopi. "Baru seruput dua seruput, tau-tau orang pada teriak ada tsunami," kata dia.

Kondisi lokasi wisata Beach Club, Kampung Tanjung Lesung, Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Selasa (25/12).

Ia pun bergegas menyelamatkan keluarganya ke bukit, setelah itu langsung turun ke lokasi tempatnya bekerja. "Pas saya datang itu, air masih setinggi paha," kata dia.

Meski di usia senja, ia masih memiliki keberanian untuk bergegas menyelamatkan orang-orang yang ada di lokasi. "Walaupun saya harus nyari keponakan saya, saya nggak tega lihat orang-orang minta tolong," kata dia.

Bahkan, dia sempat menolong korban yang meninggal di lokasi untuk segera dievakuasi. "Ada ibu-ibu nyangsang di pagar, bayi, banyak mas," kata dia.

Dia menyayangkan sampai saat ini keponakannya belum ditemukan. Dia bahkan menegaskan, tidak akan meninggalkan pos tempatnya berjaga saat ini sampai situasi kembali normal.

"Ini amanah mas, berat," kata dia.

Ikuti Whatsapp Channel Republika