REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menganjurkan warga yang berada di kawasan radius letusan Gunung Soputan, Sulawesi Utara menggunakan masker. Hal ini untuk mencegah terjadinya hujan abu setelah Gunung Soputan kembali erupsi pada Ahad (16/12) pagi.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menginformasikan letusan Gunung Soputan ini, terjadi pada pukul 07.43 WITA, Ahad pagi. Letusan menyemburkan kolom abu vulkanik sekitar 7000 meter dari puncak gunung. Semburan abu vulkanik dikabarkan terjadi dengan tekanan sedang hingga kuat dan kolom letusan kelabu tebal, tertiup angin kearah Barat daya.
"Jika terjadi hujan abu, masyarakat dianjurkan menggunakan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi terhadap gangguan saluran pernapasan," ungkap Sutopo dalam keterangan kepada wartawan, Ahad (16/12).
Tidak hanya sampai disitu, diinformasikan pada pukul 08.57 WITA, terjadi letusan kedua. Terjadi juga gempa erupsi kurang lebih 30 menit. Pada letusan kedua semburan abu vulkanik dengan tinggi kolom kurang lebih 7.500 meter di atas puncak atau kurang lebih 9.309 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu vulkanik dari semburan kedua berwarna kelabu kehitaman dan tebal. Abu vulkanik tertiup angin condong kearah Selatan - Barat daya. Sampai saat ini dikabarkan aktivitas kegempaan masih tinggi dan masih tremor letusan terus berlangsung.
Hingga kini, tutur Sutopo, aktivitas vulkanik Gunung Soputan berada pada Status level III atau Siaga. Guna menghindari ancaman bahaya leleran lava dan awan panas guguran, masyarakat agar tidak beraktivitas di dalam radius empat km dari puncak Gunung Soputan."Warga juga diimbau untuk tidak beraktivitas dalam wilayah sektor arah Barat-Baratdaya sejauh 6.5 km yang merupakan daerah bukaan kawah," katanya.BNPB juga meminta warga mewaspadai terjadinya ancaman aliran lahar hujan, terutama pada sungai-sungai yang berhulu di sekitar lereng Gunung Soputan, seperti Sungau Ranowangko, Sungai Lawian, Sungau Popang dan Londola Kelewahu.