Sabtu 15 Dec 2018 10:36 WIB

Markas BPN Pindah, Pengamat: Pemilih Ideologis Sulit Diubah

Begitu pula Jokowi dan PDIP akan sulit menang di Sumatra barat.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Ratna Puspita
Pangi Syarwi Chaniago, Pengamat Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting.
Foto: dok. Pribadi
Pangi Syarwi Chaniago, Pengamat Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago mengatakan upaya memindahkan kantor Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga ke Jawa Tengah (Jateng) belum tentu berhasil mengambil hati warga di wilayah tu. Sebab, Jateng dikenal sebagai 'kandang banteng' atau basis Partai PDI Perjuangan.

Ia mengatakan pemindahan itu memang sebagai upaya untuk mengambil hati warga Jateng. Menurut Pangi, jika markas BPN pindah maka intensitas tim dalam merangkul calon pemilih akan lebih terjaga. 

Namun, menurutnya hal itu belum tentu berhasil jika dilakukan pada pemilih ideologis. "Pemilih ideologis memang agak sulit untuk diubah, tapi ada potensi pemilih-pemilih muda yang rasional, ini kemungkinan mereka memilih tidak berdasarkan emosi," kata kata Pangi saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (14/12).

Saat ini, kata dia, tren perilaku pemilih sudah mulai berubah. Menurutnya, pemilih milenial dengan intensitas tinggi dalam menggunakan gawai lebih mudah mengakses informasi.

Selain itu, mereka bisa mengikuti isu yang sedang berkembang. "Ada tiga hal yang bisa dibaca dari tringulasi pemilu. Pertama adalah figur, figur Prabowo yang akan mereka jual. Kedua adalah program, isu apa yang mereka bawa kesana dan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Ketiga adalah efektivitas mesin partai," tutur dia.

Hal serupa juga terjadi pada pasangan nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf yang didukung oleh partai PDI Perjuangan. Menurut Pangi, kecil kemungkinan PDI Perjuangan menang di Sumatra Barat.

"Jokowi belakangan juga melakukan penetrasi pada wilayah-wilayah yang Pak Jokowi-nya pernah kalah pada Pemilu 2014 lalu. Misalnya, belakangan intensitas dan mobilitas Pak Jokowi ke Jawa Barat meningkat. Juga mengimbangi opini di Sumatera Barat walaupun agak sulit PDIP dan Jokowi menang di sana karena belum pernah ada sejarahnya," jelas dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement