Senin 10 Dec 2018 15:47 WIB

JK: Pemilu di Indonesia Hanya Ribut di Dunia Maya

Tim sukses di Indonesia lebih fokus mengawasi penyebaran berita hoaks di medsos

Rep: Rizky Jaramaya / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) memberikan sambutan saat penutupan Rakernas Dewan Masjid Indonesia di Jakarta, Ahad (25/11/2018).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) memberikan sambutan saat penutupan Rakernas Dewan Masjid Indonesia di Jakarta, Ahad (25/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan, pemilihan umum (pemilu) di Indonesia lebih aman ketimbang negara lain di Asia. Menurutnya, pemilu Indonesia hanya panas di dunia maya saja dan tidak sampai menimbulkan kontak fisik atau bentrokan.

"Kita bersyukur bahwa pemilu Indonesia jauh lebih aman dibanding banyak negara di Asia ini. Bahwa ribut di dunia maya silakan, tapi ribut fisik kita bersyukur tidak terjadi," ujar Jusuf Kalla ketika memberikan pidato dalam Rakornas Bawaslu di Hotel Mercure, Ancol, Senin (10/12).

Jusuf Kalla menjelaskan, beberapa tahun lalu dia pernah diundang menjadi pengawas pemilu di Azerbaijan. Pemilu di negara tersebut umumnya berjalan dengan baik dan aman. Jusuf Kalla mengatakan, salah satu ukuran pemilu demokratis yang dibuat oleh Carter Foundation yakni tidak banyak aparat yang berjaga di tempat pemungutan suara (TPS).

Setelah pemilu selesai, Jusuf Kalla memimpin rapat dan semua pihak sepakat bahwa pemilu di Azerbaijan berjalan dengan baik dan aman. Akan tetapi, delegasi dari Pakistan menyatakan bahwa pemilu di Azerbaijan membosankan, karena di Pakistan pemilu selalu diwarnai dengan kerusuhan.

"Saya pimpin rapat, karena saya ketua daripada banyak negara bagaimana penilaian kita semua atas pelaksanaan pemilu di Aerbaijan. Semua mengatakan berjalan dengan baik, dan berjalan sesuai dengan demokrasi. Tapi kemudian delegasi Pakistan (mengatakan), ini pemilu yang membosankan, karena di Pakistan pemilu tanpa bom-bom, tanpa tembak-menembak itu bukan pemilu," kata Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla mencontohkan, Benazir Bhutto tewas ketika sedang kampanye pemilu. Kemudian, di Filipina juga terjadi penembakan jelang pemilu. Oleh karena itu, Indonesia patut bersyukur karena tensi di tahun politik ini tidak sampai menimbulkan kerusuhan dan kontak fisik.

Di Indonesia, kampanye di tahun politik cenderung berjalan aman. Apalagi, KPU dan Bawaslu telah menetapkan aturan kampanye yang cukup ketat. 

Jusuf Kalla mengatakan, pemilu di masa kini tidak ada seksi atau bidang yang khusus bertugas untuk menggalang massa. Para tim sukses justru sibuk menyiapkan tim cyber army untuk mengawasi penyebaran berita hoaks maupun ujaran kebencian di media sosial.

"Sekarang tidak ada lagi seksi penggalangan massa, yang ada cyber army. Jadi silakan berkelahi di dunia maya, yang di bawah tenang-tenang. Itu yang terjadi di Indonesia," ujar Jusuf Kalla. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement