Ahad 09 Dec 2018 07:31 WIB

Saat Jokowi dan Sandiaga Bicara Peran ICMI

Revolusi industri 4.0 menjadi tantangan para cendekiawan ICMI.

Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan saat membuka Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) tahun 2018 di Bandar Lampung, Lampung, Kamis (6/12)
Foto: Ardiansyah/Antara
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan saat membuka Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) tahun 2018 di Bandar Lampung, Lampung, Kamis (6/12)

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Mursalin Yasland, Rizky Jaramaya

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mendorong Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) ikut berperan menangkal radikalisme di Indonesia. Salah satu caranya yakni meningkatkan pendidikan dan kualitas sumber daya manusia.

"Itu sejak awal cita-citanya, jadi menyeimbangkan antara cendekiawan dan keimanan," ujar Kalla seusai menutup Silaturahmi Kerja Nasional ICMI di Universitas Bandar Lampung, Sabtu (8/12).

Kalla menyebutkan, radikalisme yang cenderung condong terhadap keyakinan agama dapat menjadi positif. Akan tetapi, radikalisme yang menimbulkan kerusakan dan kerugian dapat berdampak negatif bagi negara dan masyarakat. "ICMI tentu berada dalam posisi bagaimana mengajak para masyarakat, khususnya cendekiawan ini untuk berbuat yang lebih baik," kata dia.

Menurut dia, peran ICMI pada era sekarang sangat dibutuhkan dalam memajukan bidang ekonomi dan teknologi. Revolusi industri 4.0 menjadi tantangan para cendekiawan ICMI menyiapkan sumber dayanya agar tidak ketinggalan. "ICMI adalah kumpulan para cendekiawan. Oleh sebab itu, ICMI harus berperan serta dalam meningkatan kemajuan bidang ekonomi dan teknologi," kata Kalla.

Wapres mengatakan, tantangan dan masalah bangsa ke depan akan semakin kompleks, terutama menghadapi era industri 4.0. Karena itu, keberadaan cendekiawan ICMI menjadi penggerak dalam mewujudkan kewirausahaan untuk menumbuhkan perekonomian bangsa dan perkembangan ilmu dan teknologi.

Untuk itu, dia berharap ke depannya ICMI dapat membentuk suatu wadah atau kelompok berbagai bidang keilmuan untuk membantu pemerintah memecahkan masalah dan membicarakan kepentingan bangsa dan negara, seperti pertumbuhan ekonomi, kewirausahaan, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

"ICMI harus membentuk kelompok keilmuan. Kalau tidak maka isi pertemuan ICMI hanyalah bicara soal politik saja," kata Wapres.

Tak dapat dimungkiri, lanjut Kalla, dalam menghadapi era revolusi industri 4.0, semua pihak harus bersiap untuk menyesuaikan diri. Para cendekiawan harus menyiapkan sejak saat ini agar anak bangsa tidak ketinggalan dengan negara lain dalam bidang teknologi.

"Harus meningkatkan kemampuan teknologi agar kita tidak tertinggal dengan negara lain," katanya.

Perhelatan Silaknas dan Milad ke-28 ICMI di Kota Bandar Lampung berlangsung sejak Kamis (6/12) malam hingga Sabtu (8/12) siang. Silaknas kali ini mengusung tema “Membangun sumber daya insani yang berkualitas dan bermartabat melalui peningkatan ekonomi yang adil, makmur, dan mandiri”.

Harapan Presiden Jokowi

Presiden Joko Widodo membuka kegiatan yang bertepatan dengan tahun politik tersebut. Beberapa narasumber yang hadir di antaranya Ketua MPR-RI Zulkifli Hasan, calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Solahuddin Uno. Awalnya, calon presiden Prabowo Subianto dan cawapres Ma’ruf Amin dijadwalkan akan tampil. Akan tetapi, kemudian keduanya berhalangan.

Presiden mengatakan cendekiawan yang tergabung dalam ICMI ini berperan amat penting dalam mempersatukan umat Islam dan bangsa Indonesia. Terlebih lagi pada tahun politik seperti sekarang.

Presiden menekankan, ICMI memiliki peran yang sangat sentral dalam bidang politik. Menjelang 2019, kata dia, ICMI harus bisa memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat.

"Mengenai pentingnya kerukunan, pentingnya persatuan, pentingnya persaudaraan,” kata Presiden Jokowi saat membuka Silaknas dan Milad ke-28 ICMI, Kamis (6/12) malam.

Presiden mengajak semua lapisan di ICMI untuk bersama membantu pemerintah dalam mempersatukan umat dan bangsa. Ia menyatakan keberagaman umat menjadi sentral bagi ICMI untuk menjadi pemersatu dalam kerukunan dan persaudaraan sesama bangsa.

Presiden berharap akan dihasilkan nilai-nilai positif untuk memajukan bangsa dan negara ini. Beragamnya bangsa di Indonesia, kata dia, menjadi modal bagi ICMI untuk berperan aktif mempersatukan umat, bangsa, dan beragam agama.

Presiden mengajak ICMI memikirkan dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bangsa dan negara yang sudah berpuluh-puluh tahun tidak selesai-selesai. Untuk itu, kehadiran cendekiawan dari ICMI diharapkan dapat membantu menyelesikan masalah bangsa saat ini terutama di bidang ekonomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement