REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Istaka Karya selaku pihak kontraktor pembangunan jembatan Trans-Papua menyatakan, 28 orang pekerja yang ditugaskan di Distrik Yigi merupakan warga sipil. Sekretaris PT Istaka Karya, Yudi Kristianto menegaskan, tidak ada unsur TNI-Polri yang dipekerjakan dalam pembangunan jembatan Kali Yigi dan Kali Aurak.
"Mereka semua 28 orang dari sipil, murni pekerja profesional di bidang konstruksi. Tidak ada dari unsur TNI-Polri satupun," katanya kepada Republika.co.id melalui sambungan telepon, Rabu (12/5).
Yudi juga menyampaikan, proyek pekerjaan jembatan Trans-Papua di Kabupaten Nduga sudah berjalan sejak tahun 2016. Untuk pekerjaan di Distrik Yigi sendiri, baru digarap sekitar enam hingga delapan bulan terakhir.
Selama pekerjaan jembatan itu, kata Yudi, belum pernah ada laporan dari pegawai PT Istaka Karya yang mendapat intimidasi dari pihak manapun. Untuk pekerjaan di sana belum pernah ada (gangguan). Untuk pelaksanaan pekerjaan disana sampai saat ini belum pernah mengalami gangguan apalagi sifatnya seperti ini," ujarnya.
Sebelumnya, pihak Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) atau dikenal juga dengan TPN/OPM mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan pekerja di Kabupaten Nduga pada Ahad (2/12) lalu. Aksi itu disebut telah direncanakan melalui pengintaian sejak tiga bulan lalu.
“Panglima Daerah Militer Makodap III Ndugama bertanggung jawab terhadap penyerangan sipur pekerja jembatan Kali Aworak, Kali Yigi, dan Pos TNI Distrik Mbua,” kata Juru Bicara TPNPB Sebby Sambom dalam lansiran yang dikirimkan ke Republika, Rabu (5/12).
Sebelumnya, pihak TNI/Polri melaporkan, sebanyak 31 pekerja jembatan di jalur Trans-Papua di Distrik Yigi, Nduga, dibantai selepas perayaan proklamasi Papua Merdeka pada Ahad (2/12). Belakangan, jumlah yang meninggal diralat menjadi 19 orang.
Menurut keterangan pihak TNI, sebanyak 25 pekerja PT Istaka Karya tersebut digiring ke Gunung Kabo dan ditembaki. Dari jumlah itu, enam di antaranya berhasil melarikan diri. Selepas insiden tersebut, Pos TNI Distrik Mbua diserang dan seorang anggota TNI gugur.
Menurutnya, kelompok yang melakukan penyerangan dipimpin Egianus Kogoya. Sedangkan, operasi penembakan terhadap para pekerja dipimpin Pemne Kogoya.
“Operasi di Kali Aworak, Kali Yigi, Pos TNI Distrik Mbua kami yang lakukan dan kami siap bertanggung jawab. Penyerangan ini dipimpin Panglima Daerah Makodap III Ndugama Tuan Egianus Kogeya dan komandan operasi Pemne Kogeya,” kata Sebby mengutip keterangan yang ia dapat dari lapangan.
Menurut dia, anggota TPNPB di lapangan melakukan pemantauan selama tiga bulan lebih. Mereka kemudian mengambil kesimpulan bahwa para pekerja di Kali Aworak, Kali Yigi, dan Pos TNI Distrik Mbua adalah kesatuan kerja.
“Karena kami tahu bahwa yang berkerja selama ini untuk jalan Trans-Papua dan jembatan-jembatan yang ada sepanjang jalan Habema-Juguru-Kenyam-Batas Batu adalah murni anggota TNI,” kata dia.
Setelah pemantauan itu, pasukan TPNPB melakukan serangan berbarengan dengan peringatan proklamasi Papua Merdeka pada 1 Desember. “Sasaran serangan kami tidak salah. Kami tahu mana pekerja sipil atau tukang biasa dan mana pekerja anggota TNI walaupun mereka berpakaian sipil atau preman.”
Sebby juga menuturkan, penyerangan Pos TNI Distrik Mbua yang menewaskan seorang anggota TNI pada Senin (3/12) dilakukan tanpa bantuan warga sipil, seperti yang sempat diklaim TNI/Polri. “Kami pimpinan sampai anggota TPNPB Komando Nasional punya kode etik perang revolusi. Kami tidak akan berperang melawan warga sipil yang tidak seimbang dan sepadan,” kata Sebby mengklaim.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menginstruksikan Kapolri dan Panglima TNI untuk mengejar dan menangkap para pelaku penembakan terhadap 19 pekerja pembangunan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. Hal ini disampaikannya dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (5/12).
"Saya juga telah memerintahkan pada Panglima TNI dan Kapolri untuk mengejar dan menangkap seluruh pelaku tindakan biadab tersebut," ujar Jokowi.
Saat ini, lanjut Jokowi, Panglima TNI dan Wakapolri telah berada di Papua guna menangani aksi penyerangan dan penembakan oleh kelompok kriminal bersenjata di Papua. Presiden pun menyampaikan dukacitanya terhadap para korban pembantaian.
"Dan saya atas nama rakyat bangsa dan negara menyampaikan rasa dukacita yang mendalam kepada seluruh keluarga yang ditinggalkan," tambahnya.