REPUBLIKA.CO.ID, SIGI -- Sebagian warga Desa Jono Oge, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah hingga kini kesulitan air bersih. Penyebabnya, sumber air rata-rata rusak akibat terjangan gempa bumi 7,4 SR dan likuefaksi yang terjadi pada 28 September 2018.
"Kebanyakan sumur warga rusak tertimbun saat gempabumi," kata Natan, salah seorang warga Dusun III Desa Jono Oge, Kecamatan Sigibiromaru, Selasa (4/12).
Natan mengatakan, sumur di rumahnya tidak bisa lagi digunakan karena tertimbun. Untuk sementara ini hanya mengharapkan pasokan air dari sejumlah relawan kemanusiaan peduli korban gempa.
Hal senada juga disampaikan Petriks. Warga Dusun IV Jono Oge itu mengatakan, sumber air di rumahnya sudah kering. Padahal, sebelum gempa terjadi, air di sumur tidak pernah kering.
"Tapi waktu gempa airnya menjadi kering," kata dia.
Selama dua bulan pascagempa, mendapat pasokan air bersih dari sejumlah relawan peduli bencana di Sulteng. Tetapi, untuk selanjutnya tentu tidak bisa terus bergantung kepada mereka.
"Kita harus membuat sumur baru untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.
Selain air, banyak WC yang tidak bisa digunakan karena tersumbat lumpur. Otomatis buat WC baru lagi.
Sementara akibat dari gempabumi dan likuefaksi, kebanyakan warga kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian. Sedangkan kebutuhan akan dana cukup besar untuk memperbaiki kembali rumah dan keperluan lainnya yang rusak diterjang gempa bumi dan likuefaksi.
Jono Oge merupakan salah satu desa di Kabupaten Sigi yang diterjang gempa bumi dasyat dan likuefaksi cukup parah. Hampir 100 persen bangunan rumah di desa itu rusak total akibat bencana alam tersebut.