Senin 03 Dec 2018 15:45 WIB

Gus Irfan: Reuni 212 Cerminan Gairah Persatuan Umat Islam

Tidak tepat bila acara tersebut dicap politis dan dimodali oleh pihak-pihak tertentu.

Rep: Ali Mansur/ Red: Ratna Puspita
Jubir Koalisi Indonesia Adil Makmur Irfan Yusuf Hasyim.
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Jubir Koalisi Indonesia Adil Makmur Irfan Yusuf Hasyim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengasuh Pondok Pesantren Al-Faros KH Irfan Yusuf atau akrab disapa Gus Irfan menilai jalannya Reuni Mujahid 212 adalah ceriminan dari semangat persatuan umat Islam di Indonesia. Menurutnya, tidak tepat bila acara tersebut dicap politis dan dimodali oleh pihak-pihak tertentu.

“Mereka berangkat murni dari uang pribadi. Tidak ada hubungannya dengan pemodal. Ini mencerminkan semangat persatuan umat Islam," kata Gus Irfan dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (3/12).

Gus Irfan mengatakan hal itu berdasarkan pengalaman keberangkatannya dari Surabaya, Jawa Timur, ke Jakarta. Salah satu cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini menceritakan keberangkatannya ketika hendak berpartisipasi pada Reuni Mujahid 212 yang digelar di Monas, Jakarta, Ahad (2/12). 

Ia mengaku berangkat dari Surabaya menuju Jakarta menggunakan pesawat terakhir pada Sabtu (1/12) malam. Di pesawat, ada rombongan peserta Reuni Mujahid 212 dari berbagai wilayah di Jawa Timur, seperti Madura dan Malang. 

Gus Irfan menyebutkan hampir 80 persen penumpang pesawat malam itu memang yang akan berangkat ke Monas. "Ghirohnya luar biasa,” kata dia. 

Gus Irfan pun merasakan gairah yang luar biasa ketika penyelenggaraan reuni. “Saya itu orang ndablek (bandel). Hampir tak pernah menangis dalam hidup kecuali saat Ibu meninggal. Kemarin itu, melihat begitu banyak orang, apalagi saat baca solawat, begitu banyak orang baca solawat, tak terasa air mata menetes," ucap Gus Irfan.

Karena itu, Gus Irfan mengaku tak melihat unsur politis di Reuni Mujahid 212. Ia kembali menegaskan justru melihat semangat persatuan yang digelorakan umat Islam melalui acara ini.

"Semua kan bisa dibilang politis kalau kita melihat dari kaca mata politis. Kalau kita lihat dari kacamata dakwah dan persatuan, ya ini persatuan," kata dia.

Gus Irfan lantas menyinggung acara peresmian pasar atau jalan tol yang dilakukan Presiden Joko Widodo. Menurutnya, acara peresmian pasar oleh presiden bisa disebut politis bila dilihat dari sudut pandang politis.

"Semuanya tergantung kita melihatnya dari kaca mata yang mana," kata Gus Irfan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement