Senin 03 Dec 2018 00:49 WIB

Cerita Pemulung Mengais Rupiah Pasca-Reuni Akbar 212

Sampah bagi banyak orang tidak berharga, namun tidak bagi pemulung.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Bayu Hermawan
Pemulung bernama Wahyu (30) mengumpulkan kemasan bekas makanan dan minuman berbahan plastik di sekitar Masjid Istiqlal, Ahad (2/12).
Foto: Republika/Mimi Kartika
Pemulung bernama Wahyu (30) mengumpulkan kemasan bekas makanan dan minuman berbahan plastik di sekitar Masjid Istiqlal, Ahad (2/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam setiap kegiatan yang dilakukan di tempat umum tidak terlepas dari sampah yang berserakan. Terkadang warga yang ikut dalam kegiatan tersebut lupa atau sengaja meninggalkan kemasan plastik usai mengonsumsi minuman atau makanannya.

Namun bagi Wahyu (30), plastik-plastik itu merupakan pundi-pundi rupiah. Sehingga, ia pun tidak melewatkan aksi reuni 212 yang berlangsung di Lapangan Monas Ahad (2/12) ini. Menurutnya, di mana ada kerumunan orang, di sana ada kemasan plastik makanan atau minuman yang mudah dijumpai di jalanan.

Massa reuni 212 tidak hanya memadati Lapangan Monas, mereka juga memenuhi sekitar Masjid Istiqlal. Beberapa pedagang kaki lima (PKL) dari penjual aksesoris hingga makanan dan minuman pun ikut meramaikan. Wahyu dengan cekatan menyusuri sepanjang trotoar yang mengelilingi Masjid Istiqlal.

Ia membawa plastik hitam berukuran besar yang dipakainya untuk menampung apapun yang bisa dijadikan uang. Wahyu dengan sigap memunguti kemasan plastik bekas minuman dan makanan berupa botol, gelas, dan sebagainya. Ia juga mengangkut kardus-kardus bekas

"Apa saja yang bisa jadi duit saya pungut, plastik-plastik, kardus yang ada di jalanan ini," ujar Wahyu ditemui Republika.co.id di depan gerbang Gereja Katedral.

Dengan mengenakan topi sebagai cara dia mengurangi panas terik matahari, ia terus menengok ke kiri dan kanan sepanjang jalan untuk mencari pundi-pundi rupiahnya. Bahkan tak jarang, para pedagang pun ikut menyerahkan sampah plastik itu kepada Wahyu untuk diangkut.

Wahyu mengaku, sudah mulai mengumpulkan plastik-plastik itu sejak pukul 06.00 WIB. Meski wilayah memulungnya hanya di sekitar Masjid Istiqlal, tetapi ia sudah berhasil mengumpulkan dua karung besar hingga pukul 11.00 WIB. Ia memperkirakan, masing-masing karung itu berisi 10 kilogram.

"Ya begini kalau ada kegiatan alhamdulillah dapat banyak. Harganya beda-beda, gelas, botol, kardus itu, tetapi kalau diuangin bisa nyampe Rp 100 ribu," kata dia yang sudah bercucuran keringat.

Wahyu menceritakan, ia memang setiap harinya memulung di sekitar Masjid Istiqlal. Akan tetapi, pada hari biasa, ia hanya mampu mengumpulkan sekitar satu sampai dua kilogram saja per harinya. Sedangkan, dalam reuni 212 ini dia bisa mendapatkan plastik-plastik sampai lebih dari 10 kali lipat.

"Kalau yang dibawa ini udah penuh, saya balik dulu ke tempat saya ngumpulin yang dua karung besar itu, nanti abis itu saya muter lagi," tutur Wahyu.

Selain itu, terkadang Wahyu juga mendapatkan sejumlah uang dari massa aksi yang bermurah hari. Ia menyebut, tahun lalu ada orang yang memberinya rezeki karena ia dianggap membantu membersihkan sampah. Ia berharap, reuni 212 tahun ini bisa berjalan damai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement