Rabu 28 Nov 2018 13:20 WIB

Alumnus UMM Dampingi Anak Pelosok Raih Mimpi

Diharapkan guru pedalaman dapat hak sama sehingga semangat mengentaskan kemiskinan

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah  Malang (UMM), Andi Akbar Tanjung (sebelah kanan).
Foto: Dok.pribadi
Alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Andi Akbar Tanjung (sebelah kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Andi Akbar Tanjung, mencoba merangkai mimpi anak muridnya di pelosok Lampung. Tepatnya di Desa Pagar Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung. 

Akbar bercerita dirinya telah bersama siswa-siswi dari SD Negeri 01 Pagar Dewa, Kabupaten Tulang Bawang Barat hampir setahun. Berbekal cita-cita dan mimpinya untuk menngabdi, Akbar memulai perjalanannya menjadi pengajar bantu sejak 2017.

Memantapkan hati untuk mengambil konsentrasi bidang pendidikan, semakin menguatkan hati putra kedua dari lima bersaudara ini untuk melamar program Indonesia Mengajar. Namun keberutungan tak berpihak pada Akbar. Tak patah arang, pria kelahiran Makassar ini mencoba untuk menjadi relawan pengajar pada program Tulang Bawang Barat Cerdas (Tubaba Cerdas). 

Gayung pun bersambut, November 2017 Akbar memulai kisah pengabdiannya di Desa Pagar Dewa. "Awal datang ke sini November tahun lalu dan tidak menyangka bisa berada di tengah-tengah masyarakat yang sangat unik," paparnya melalui keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Rabu (28/11).

Bukan tanpa kendala. Akbar menemukan banyak persoalan pendidikan yang sangat kompleks di sana. Ia sempat merasa tidak bisa melakukan banyak hal untuk sekolah yang ia tempati. Tapi, bukan Akbar jika tak berjuang. Pada paruh perjalanan pengabdiannya, Akbar memilih untuk melakukan pendekatan kepada orang tua, guru, dan siswa dari sekolah tempatnya mengajar.

Di awal, Akbar merasa bingung karena tidak ada upacara bendera saat hari Senin di sekolah. Ia mulai mengajak seluruh warga sekolah untuk kembali mengadakan upacara bendera sebagai bentuk penghormatan dan pendidikan karakter bagi anak-anak di sekolah tersebut.

"Awal-awal saya di penempatan, kegiatan upacara itu tidak ada. Tapi syukur di hampir penyelesaian pengabdian ini, sudah ada tiga guru yang mau mengadakan upacara bendera setiap Senin," ceritanya.

Tak hanya bertemu dengan persoalan upacara bendera, Akbar juga menjumpai siswa kelas atas di sekolah tersebut yang belum bisa membaca. Jalan lain ditempuh Akbar untuk melatih mereka agar bisa membaca. Ia mengajak anak-anak desa untuk belajar bersama membaca di rumah salah satu siswa.

"Jadi saya ajak anak-anak untuk berkumpul di satu rumah temannya, kemudian kita belajar membaca di sana," jelas Akbar.

Usahanya itu berbuah manis. Banyak di antara siswa Akbar di kelas 5 yang akan naik ke kelas 6 akhirnya dapat membaca. Disadari oleh Akbar, kemampuan anak-anak dalam membaca memang karena tidak ada fasilitas yang memenuhi kebutuhan mereka. 

"Alhamdulillah, di akhir masa pengabdian saya ini, banyak di antara mereka sudah bisa membaca," katanya.

Tak sekadar memberikan pendampingan untuk membaca, Akbar juga mengenalkan profesi-profesi lain untuk menjadi cita-cita mereka. Menurut Akbar, saat ini lingkungan desa tidak mendukung tumbuh-kembang anak-anak. Mereka tidak memiliki pilihan cita-cita lain. Selesai menempuh pendidikan dasar, mereka akan menjadi petani.

"Lingkungan desa ini masih belum membuka wawasan anak-anak tentang cita-cita dan profesi," ujarnya.

Di hari guru yang jatuh 25 November lalu, Akbar berharap anak-anak di Pagar Dewa dapat bertemu dengan guru-guru yang dapat tulus mengabdi untuk mereka. Tak hanya itu, Akbar juga berharap guru-guru yang ada di wilayah pedalaman dapat pula memperoleh hak yang sama untuk terus bersemangat mengentaskan kebodohan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement