Selasa 20 Nov 2018 10:34 WIB

BPN tak Persoalkan Strategi SBY Kampanyekan Prabowo-Sandi

Keputusan mengampanyekan Prabowo-Sandi berpulang pada partai yang masuk koalisi.

Ketua tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Djoko Santoso
Foto: Republika/Da'an Yahya
Ketua tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Djoko Santoso

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Badan Pemenangan Nasional pasangan capres-cawapres Nomor Urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Djoko Santoso, tidak mempersoalkan keputusan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Strategi Demokrat pada pemilihan presiden mendatang, yakni mengampanyekan Prabowo-Sandi pada Maret 2019.

"Kalau memang mau Maret ini ya terima kasih. Tidak masalah wong sudah koalisi," kata Djoko Santoso seusai mengukuhkan relawan Prabowo-Sandi di Posko Pemenangan Prabowo-Sandi, Yogyakarta, Senin (19/11).

Menurut Djoko, keputusan SBY yang baru bersedia mengampanyekan Prabowo-Sandi satu bulan sebelum pilpres 2019, tidak akan mengganggu elektabilitas keduanya sebagai capres dan cawapres. "Enggak terganggu semua itu, mau Januari mau Maret silakan. Kapal Badan Pemenangan Nasional (BPN) ini sudah saya desain tahan ombak," kata dia.

Djoko mengatakan keputusan kapan mau mengampanyekan Prabowo-Sandi berpulang pada kesadaran SBY yang telah memutuskan partainya masuk koalisi Indonesia Adil Makmur. "Tidak usah ditagih-tagih, berjuang itu kesadaran kan sudah masuk koalisi, kalau sadar ya monggo," ucap dia.

Sementara itu, ditanya mengenai target perolehan suara Prabowo-Sandi, Djoko enggan menyebut angka. Ia hanya mengklaim sebagian besar rakyat Indonesia telah menginginkan perubahan.

"Kita berusaha untuk memenangkan. Saya tidak bisa berbicara angka. Bukan hanya di Yogyakarta, di seluruh Indonesia rakyat sudah ingin perubahan. Kalau di Jawa secara umum (elektabilitas Prabowo-Sandi) fifty-fifty," ujarnya.

Mengenai hasil survei yang menyebutkan bahwa elektabilitas Prabowo-Sandi masih tertinggal dari Capres-Cawapres Nomor Urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Djoko menganggap itu sebagai pelecut BPN untuk semakin giat bekerja. "Ada (survei) Pak Prabowo di bawah 30 persen tidak apa-apa, kita ambil hikmahnya. Artinya kalau memang kalahnya masih jauh menurut survei itu artinya kita terutama BPN kerja lebih giat lagi," tutur Djoko.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement