Sabtu 17 Nov 2018 15:04 WIB

Kemendagri Kaji Pemahaman Mahasiswa Terkait Pemilu 2019

Pemerintah dan kampus perlu melakukan intercept program sosialisasi pemilih

Red: EH Ismail
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Kemendagri, Bahtiar
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Kemendagri, Bahtiar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan lembaga penggiat Pemilu yaitu Sindikasi Pemilu dan Demokrasi (SPD) melakukan kajian terkait pemahaman mahasiswa terhadap pelaksanaan Pemilu 2019. Paparan kajian tersebut disampaikan dalam acara Kemendagri Media Forum di Kantor Pusat Kemendagri, Jumat (16/11).

Kepala Pusat Penerangan Kemendagri Bahtiar sebagai moderator mempertanyakan tingkat pemahaman masyarakat dalam memahami setiap tahapan agenda Pemilu 2019. Hal yang paling sederhana adalah hari dan tanggal pemungutan suara.

“Saat ini dalam posisi tahapan kampanye, ada waktu sekitar lima bulan menuju hari ‘H’ pemungutan suara. Sebenarnya masyarakat mengetahui dan memahami atau tidak akan ada Pemilu Serentak yang hari ‘H’ pada 17 April 2018, terlebih target tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2019 adalah 77,5%,” kata Bahtiar.

Pertanyaan tersebut  direspon narasumber Dian Permata Peneliti Senior SPD. Dian menjelaskan hasil kajian penelitiannya yang dilakukan pada Agustus – November 2018. Dengan populasi responden mahasiswa, sampel yang diperoleh melalui teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 300 responden yang dilakukan di tiga daerah, yaitu Riau, Sumatera Barat, dan Yogyakarta.

Dian memaparkan, tren menurunnya tingkat partisipasi Pileg sejak 1974 dengan partisipasi 94% sampai dengan 2014 yang mencapai 74.66%, tren menurun tingkat partisipasi ditunjukkan pada Pilpres mulai Pilpres  2004 putaran satu mencapai 78,5%, putaran dua mencapai 76,7%, 2009 mencapai 71,9%, dan 2014 sekitar 70%.

Dian mengatakan, salah satu temuan hasil penelitian dengan pertanyaan penelitian tanggal berapa hari ‘H’ pencoblosan Pemilu 2019, sebagai dasar mengetahui tingkat pengenalan, pengetahuan dan pemahaman mahasiswa yang notabene kaum intelektual dan dianggap memiliki ilmu pengetahuan, kepedulian dan akses informasi terhadap berbagai informasi dan regulasi mengenai pemilu serentak 2019.

“Mahasiswa Di Sumatera Barat yang menjawab 17 April 2019 sebanyak 53%, yang menjawab tanggal lainnya sebanyak 41% dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 6%. Mahasiswa di Riau menjawab 17 April 2019 sebanyak 17%, menjawab tanggal lainnya sebanyak 74 % dan menjawab tidak tahu sebanyak 9%, dan di Yogyakarta menjawab 17 April 2019 sebanyak 85%, menjawab tanggal lainnya sebanyak 11% dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 4%,” tutur Dian.

Dian menyampaikan  beberapa rekomendasi  terkait upaya memaksimalkan tingkat partisipasi pemilih khususnya kalangan mahasiswa pada pemilu serentak 2019.

“Pertama; pemerintah, pemda,  parpol, penyelengara pemilu dan pihak lainnya termasuk kampus perlu melakukan intercept program sosialisasi pemilih berbasis segmentasi pemilih. Langkah ini sebagai upaya untuk mencapai target angka tingkat partisipasi 77,5%. Kedua, pemilihan media kanalisasi untuk mahasiswa dapat dilakukan melalui media berbasis internet diantaranya media social, facebook, instagram, twiter dan lain sebagainya,” kata Dian.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement