REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid (HNW) menyarankan calon presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menggelar pertemuan membahas dinamika yang terjadi di internal koalisi. Menurut Hidayat, pertemuan untuk mendinginkan suasana koalisi.
Ia menegaskan secara prinsip PKS dan PAN tidak punya masalah di Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga. Ia juga meyakini secara prinsip Partai Gerindra dan Partai Demokrat tidak memiliki masalah.
"Ini kan punya komunikasi yang perlu saling di-coolingdown-kan, perlu saling dikembalikan pada semangat besar bahwa kita ingin menyukseskan pemilu 2019 melalui pilihan politik kita," Hidayat di Kompleks Parlemen Senayan, Jumat (16/11).
Ia mengatakan pertemuan juga akan mengingatkan kembali komitmen memenangkan capres-cawapres dan partai pada Pilpres 2019. "Gerindra ingin sukses dengan programnya, Demokrat ingin sukses dengan programnya, begitu juga PKS juga partai-partai lain. Menurut saya perlu segera ada pertemuan bersama untuk kemudian menyegarkan kembali semangat dan komitmen berkoalisi kita," kata dia.
Terkait cicitan SBY di akun twitter-nya, wakil ketua MPR tersebut tidak melihat bahwa SBY sedang menunjukan sikap marah. Hidayat menganggap yang disampaikan oleh SBY hanya untuk mengingatkan rekan-rekannya di satu koalisi.
"Mungkin beliau mengingatkan ya, berhak beliau mengingatkan karena beliau adalah sosok yang sangat senior, ketua partai juga, wajar kalau mengingatkan," ucapnya.
Sebelumnya Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani sempat menyinggung janji SBY melakukan kampanye untuk pasangan Prabowo-Sandi. Menjawab tudingan Muzani, SBY melalui akun twitternya @SBYudhoyono mengatakan daripada menuding dan menyalahkan pihak lain, lebih baik Muzani mawas diri.
"Mengeluarkan pernyataan politik yang 'sembrono', justru merugikan," kata SBY, Kamis (15/11) malam.
SBY menjelaskan dirinya pernah dua kali menjadi calon presiden. Kala itu, SBY mengaku tidak pernah menyalahkan dan memaksa ketua umum partai-partai pendukung untuk mengkampanyekan dirinya.
"Dalam pilpres yang paling menentukan capres-nya, Capres adalah super star. Capres mesti miliki narasi dan gaya kampanye yang tepat," ujarnya.