Kamis 08 Nov 2018 02:18 WIB

Musim Hujan Tiba, Warga Lombok di Pengungsian Resah

Hujan deras membuat sejumlah tenda pengungsian di Dusun Teluk Dalem kebanjiran.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Sejumlah korban gempa bumi berada di tenda pengungsian SDN 1 Obel-Obel, Kecamatan Sambelia, Selong, NTB, Senin (30/7).
Foto: Ahmad Subaidi/Antara
[ilustrasi] Sejumlah korban gempa bumi berada di tenda pengungsian SDN 1 Obel-Obel, Kecamatan Sambelia, Selong, NTB, Senin (30/7).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Hujan yang mengguyur wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), dalam beberapa hari terakhir, membuat resah warga terdampak gempa yang masih tinggal di tenda pengungsian. Kepala Dusun Teluk Dalem Karen Budi Utomo mengatakan, hujan yang mengguyur membuat sejumlah tenda pengungsian kebanjiran.

Dusun Teluk Dalem Keren yang berada di Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, merupakan salah satu wilayah dengan dampak cukup parah akibat gempa. Budi menyampaikan, 1.010 warga dari 300 kepala keluarga (KK) di Dusun Teluk Dalem Keren kini masih tinggal di tenda pengungsian karena rumahnya mengalami kerusakan akibat gempa pada Ahad (5/8).

"Warga kita kebanyakan kebanjiran di tenda pengungsian, kasihan, air pada masuk semua," ujar Budi kepada Republika, Rabu (7/11).

Budi berharap, pemerintah segera melakukan langkah cepat dalam mengatasi persoalan tersebut. Menurutnya, persoalan banjir harus segera diatasi agar tidak menimbulkan masalah baru berupa penyakit yang biasanya datang pada musim hujan.

"Kami memohon agar yang sudah punya rekening segera dipercepat proses pencairan dan pembangunan rumah, yang belum mohon segera validasi, keluarkan rekening keluarkan uang, bangun langsung," kata Budi.

Hal serupa diungkapkan Kepala Desa Guntur Macan, Murni. Guntur Macan merupakan sebuah desa dengan tujuh dusun yang berada di Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat (Lobar). Kerusakan rumah di desa ini mencapai sekira 99 persen. Hanya tersisa empat rumah yang masih layak huni. Warganya yang berjumlah 2.816 jiwa dari 925 kepala keluarga (KK) kini tersebar di 14 titik pengungsian yang ada di Guntur Macan.

"Sejak beberapa hari kemarin, warga mengeluh kenapa ini banjir, kenapa tidak dibuatkan saluran air," ucap Murni.

Murni mengatakan, genangan air tidak hanya melanda titik-titik rumah warga, melainkan juga lokasi pengungsian yang sudah dibuatkan hunian sementara (huntara). Dia menilai, banjir yang terjadi di areal pengungsian karena letaknya yang berada di bawah dari jalan.

"Huntara juga masuk air, ada juga yang bocor, bagaimana mau tidur, air kan masuk," kata dia.

Di Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, hujan juga membuat genangan air di lokasi pengungsian.  Kepala Desa Kekait Muhammad Zaini mengatakan, sejak tiga hari lalu hujan yang turun membuat sejumlah titik pengungsian di Kekait terendam air, termasuk pada ratusan huntara yang sudah ditempati warga.

Zaini menyebutkan, jumlah penduduk Desa Kekait tercatat 7.850 jiwa dari 2.590 kepala keluarga (KK), dan hampir seluruhnya mengungsi karena dampak gempa lantaran sekira 90 persen rumah warga di desa ini mengalami kerusakan. Tanah lapang di Dusun Kekait menjadi posko induk pengungsi terbanyak dengan 1.400 jiwa. Sedangkan warga lain menyebar di 40 titik pengungsian yang ada di Desa Kekait.

"Hujan dari tiga hari lalu, ada ibu-ibu bilang, Pak Haji kasur saya hanyut," ucap Zaini.

Zaini mengatakan, lokasi pengungsian yang berada di areal persawahan dan sedikit berada di bawah dari jalan utama membuat air mudah masuk ke areal pengungsian. Dia meminta masyarakat bersabar.

"Ya saya beri arahan untuk hati-hati, sabar, dan jaga bersama dalam menghadapi musim hujan ini," kata Zaini menyampaikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement