REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 terus berdatangan ke Rumah Sakit (RS) Polri Jakarta pada Rabu (31/10) pagi. Mereka memenuhi permintaan tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri untuk melakukan tes DNA guna proses identifikasi.
Agus Purnomo salah satunya. Ia membawa orang tua dari Wahyu Susilo yang menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. Ia menjelaskan dalam proses tes DNA tersebut, tim DVI mengambil air liur dari orang tua korban. Selain itu Tim DVI juga menanyakan beberapa hal terkait ciri-ciri fisik korban.
"Yang diambil sampel air liur ibu korban menggunakan kapas itu yang diambil saat tes DNA-nya. Untuk wawancara terkait dengan fisik dan barang-barang yang melekat dengan korban lebih pada pakaian dan aksesoris," kata Agus yang juga merupakan sepupu korban.
Agus menjelaskan pihak keluarga memberikan keterangan kepada tim DVI terkait ciri-ciri fisik Wahyu Susilo. Ia mengatakan saat menjalani penerbangan dengan Lion Air JT 610, Wahyu menggunakan jaket hitam dengan baju dalam berwarna kuning. Korban juga menggunakan celana hitam dan sepatu cokelat.
Pada wajah korban, jelas Agus terdapat tanda berupa tahi lalat di sebelah kanan wajah, hidung bagian tengah, dan di tengkuk. Agus mengatakan pihak keluarga masih menunggu informasi terkait keberadaan Wahyu Susilo. Menurut Agus, tim DVI menjanjikan akan menghubungi langsung pihak keluarga apabila telah mendapat kepastian hasil identifikasi kantong-kantong jenazah yang telah masuk ke RS Polri.
"Kami masih menunggu hasilnya, tadi juga tidak tidak melihat kantong jenazahnya," katanya.
Sementara itu Kepala RS Polri, Musyafak menjelaskan d 191 keluarga korban yang terdata, hingga saat ini tim DVI RS Polri telah mengambil 147 sampel DNA dari keluarga korban. Ia mengatakan data yang masuk dari keluarga korban tak mengacu pada data manifes pesawat Lion Air JT 610 yang berjumlah 189 orang. Pihaknya pun masih akan terus mengumpulkan data dari keluarga korban yang melapor.
"Kami tak mengacu pada data manifes jika ada laporan dari keluarga korban yang masuk akan terus kami kumpulkan," katanya.
Di lain sisi, hingga saat ini RS Polri telah menerima sebanyak 48 kantong jenazah. Kendati demikian, pemeriksaan baru dilakukan pada 24 Kantong jenazah yang masuk ke RS Polri pertama kali pascakejadian. Namun, tim DVI RS Polri pun belum bisa mengidentifikasi korban dalam kantong jenazah yang ditemukan.
"Ada 24 Kantong jenazah yang datang malam tadi, baru akan kami tindak lanjuti hari ini," katanya.
Musyafak juga mengatakan tim DVI masih melakukan proses pemeriksaan terkait identitas tiga bayi yang telah ditemukan. Pembicaraan mengenai identitas tiga bayi mencuat lataran terdapat korelasi bagian tubuh tangan dan kaki yang diperkirakan usia bayi. Kendati demikian, menurut Musyafak proses pengambilan DNA dari keluarga korban masih menjadi hal penentu benar atau tidaknya usia dan identitas bayi tersebut.
Musyafak mengatakan tim DVI RS Polri akan melakukan upaya rekonsiliasi terhadap data post morter yang ditemukan dengan data-data ante mortem keluarga korban. Hasil identifikasi akan segera diumumkan jika proses identifikasi sudah dapat disimpulkan.