REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TENGAH -- Balai Taman Nasional Gunung Rinjani mempertimbangkan untuk membuka jalur pendakian di Aik Berik, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Hal itu karena kerusakan akibat gempa bumi di kawasan tersebut tidak terlalu parah.
"Kemungkinan pertengahan November mulai dibuka secara terbatas, tidak sampai ke Danau Segara Anak. Tapi kami survei lagi dan nanti hasilnya akan diumumkan," kata Kepala BTNGR Sudiyono usai memimpin rapat koordinasi membahas kondisi jalur pendakian Gunung Rinjani di Mataram, Selasa (23/10).
Jalur pendakian di Aik Berik merupakan satu dari empat jalur pendakian resmi (tradisional) yang selama ini dilewati para wisatawan menuju Danau Segara Anak dan puncak Gunung Rinjani. Sementara itu, tiga jalur pendakian lainnya belum boleh dibuka untuk aktivitas pendakian, yakni jalur pendakian di Timbanuh, dan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, dan Senaru di Kabupaten Lombok Utara.
Menurut Sudiyono, ketiga jalur pendakian yang belum boleh dibuka tersebut dalam kondisi rusak berat akibat rentetan gempa bumi berkekuatan di atas 6-7 Skala Richter yang mengguncang Pulau Lombok pada 29 Juli-19 Agustus 2018. Kerusakan yang ditimbulkan berupa retakan tanah dan masih adanya potensi longsor di sepanjang jalur pendakian sehingga membahayakan keselamatan jiwa manusia.
"Kami tidak begitu saja menentukan tiga jalur pendakian tersebut belum boleh dibuka. Tapi melalui survei berbagai pihak, ada ahli geologi, Balai Wilayah Sungai, TNI-Polri, Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan Dinas Pariwisata Provinsi dan kabupaten/kota," ujarnya.
Khusus jalur pendakian Aik Berik, kata Sudiyono, hanya ada keretakan tanah akibat gempa, namun berdasarkan hasil survei masih memungkinkan untuk dilalui para pendaki. Jalurnya juga relatif datar dan masih ada titik-titik sumber mata air yang bisa dijumpai. Berbeda dengan jalur Senaru, Sembalun dan Timbanuh, sumber mata airnya banyak hilang akibat gempa.
Ia menambahkan kelebihan lain dari jalur pendakian Aik Berik adalah vegetasi yang lebat sepanjang jalur sehingga kemungkinan perjumpaan dengan satwa lebih besar. Para pendaki juga bisa menikmati keindahan beberapa air terjun di sekitar jalur pendakian. Misalnya air terjun di atas awan yang jarang dikunjungi wisatawan.
"Jadi, kami juga akan kombinasikan wisata pendakian dengan wisata air terjun yang ada di luar kawasan jalur pendakian, yakni air terjun Benang Stokel dan Benang Kelambu," ucap Sudiyono.
Untuk itu, ia berharap dukungan dari semua pihak untuk ikut membantu perbaikan sarana dan prasarana sebelum jalur pendakian resmi dibuka mulai November hingga Desember 2018. Fasilitas yang sangat penting untuk diperbaiki adalah MCK, pos peristirahatan, tempat berkemah dan rambu-rambu bagi pendaki.
"Kami berharap dukungan dari dinas pariwisata, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, dan para pecinta alam untuk membantu perbaikan fasilitas mulai dari pintu masuk hingga pos terakhir pendakian yang direkomendasikan," katanya.