Sabtu 13 Oct 2018 16:55 WIB

Tempat Publik Dinilai Paling tak Aman Buat Anak Perempuan

Perempuan tidak nyaman berjalan di trotoar karena rawan digoda.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Catcalling.
Foto: Flickr
Catcalling.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanggal 11 Oktober diperingati sebagai Hari Anak Perempuan Internasional (International Day of the Girl/IDG) setiap tahunnya. Tahun ini IDG mengangkat tema 'Kota Aman untuk Anak Perempuan'. Dari hasil survei yang dilakukan Yayasan Plan Indonesia bekerja sama dengan U Report, diketahui ternyata tempat publik dinilai sebagai tempat paling tidak aman bagi anak-anak perempuan di Indonesia. 

Survei yang digelar pada September 2018 tersebut melibatkan 1.300 responden. Seluruh responden adalah anak-anak perempuan Indonesia berusia 15 sampai 17 tahun. Survei tak hanya menyasar anak-anak yang tinggal di kota. Sebanyak 38 persen responden adalah anak-anak perempuan yang tinggal di perdesaan. 

Dalam survei itu, responden diminta menilai mana tempat paling aman dan paling tidak aman menurut pandangan mereka. Hasilnya, sekolah disebut sebagai tempat paling aman. Sedangkan tempat publik termasuk di dalamnya transportasi publik adalah tempat paling tidak aman. 

"Anak perempuan merasa tidak nyaman di tempat publik karena mereka menyaksikan kekerasan baik verbal maupun seksual," jelas Dwi Yuliawati, Direktur Program Yayasan Plan Indonesia pada Sabtu (13/10) di Jakarta. 

Dwi mencontohkan salah satu jawaban responden yang menyatakan dirinya tidak nyaman berjalan di trotoar karena rawan mengalami catcalling. Catcalling adalah istilah dipanggil-panggil atau digoda ketika sedang di jalan. Panggilan-panggilan yang mungkin hanya dianggap keisengan tersebut rupanya membekas di hati anak-anak perempuan. 

Oleh sebab itu, mereka merasa tidak aman ketika sedang berjalan di tempat umum. Transportasi publik seperti kereta api juga termasuk yang dinilai responden sebagai tempat yang tidak aman. Alasannya hampir senada. Gerbong yang bercampur antara laki-laki dan perempuan dianggap sebagai tempat yang membuka celah untuk terjadinya pelecehan terhadap perempuan. 

Menanggapi temuan tersebut, Komisaris PT KAI Suhono Harso Supangkat mengatakan pihaknya berusaha menciptakan kenyamanan dengan membuat gerbong khusus perempuan. "Adanya dua gerbong khusus perempuan dalam satu rangkaian Kereta Rel Listrik merupakan bentuk perlindungan PT KAI terhadap perempuan," jelasnya. 

Kendati demikian ia tak memungkiri masih banyak kekurangan di sana sini yang membuat penumpang perempuan masih merasa tidak nyaman. Ke depan ia berjanji konsep layanan PT KAI akan semakin mengedepankan kenyamanan, keamanan, kemudahan, dan kesetaraan bagi semua penumpangnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement