Ahad 14 Oct 2018 00:18 WIB

Strategi Ciptakan Kota Ramah Anak Perempuan

Seluruh lapisan masyarakat bertanggung jawab menciptakan keamanan bagi perempuan.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Catcalling.
Foto: Flickr
Catcalling.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada September lalu Yayasan Plan Indonesia bekerja sama dengan U-Report menggelar survei daring kepada anak-anak perempuan Indonesia. Hasil survei menunjukkan anak-anak perempuan masih belum merasa aman ketika mereka berada di tempat publik atau mengakses transportasi publik. 

Menurut Direktur Program Yayasan Plan Indonesia Dwi Yuliawati, rasa tidak aman terjadi karena mereka menyaksikan kekerasan baik verbal maupun seksual di tempat umum. Lalu, bagaimanakah caranya menciptakan kota yang ramah terhadap anak-anak perempuan? 

Dwi mengatakan tanggung jawab tidak hanya ada di pundak pemerintah. Akan tetapi seluruh lapisan masyarakat punya tanggung jawab mewujudkan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak perempuan. 

"Pemerintah bisa menyediakan infrastruktur seperti penerangan di jalan yang sepi atau gerbong kereta khusus perempuan. Namun kekerasan terhadap anak perempuan akan tetap langgeng apabila norma tidak didobrak," ungkapnya saat ditemui di Jakarta, Sabtu (13/10).

Norma yang dimaksud Dwi adalah sikap permisif terjadinya kekerasan terhadap anak-anak perempuan. "Misalnya masyarakat masih berfikir tidak apa-apa anak perempuan dipanggil-panggil atau digoda di pinggir jalan, namanya juga perempuan. Ini yang harus kita lawan bersama-sama," tegasnya.

Dwi berpendapat ada parameter yang bisa dipakai terkait kota ramah perempuan. Menurutnya apabila suatu kota ramah terhadap anak perempuan berarti kota tersebut juga ramah terhadap semua golongan. "Kota yang aman bagi anak perempuan pasti aman buat semua. Itu saja yang kita pakai," kata dia. 

Survei yang digelar pada September 2018 tersebut melibatkan 1.300 responden. Seluruh responden adalah anak-anak perempuan Indonesia berusia 15 sampai 17 tahun. Survei tak hanya menyasar anak-anak yang tinggal di kota. Sebanyak 38 persen responden adalah anak-anak perempuan yang tinggal di perdesaan. Dalam survei itu, responden diminta menilai mana tempat paling aman dan paling tidak aman menurut pandangan mereka.

Baca juga, Tempat Publik Dinilai Paling tak Aman Buat Anak Perempuan

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement