REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise mengharapkan anak-anak korban bencana yang menjadi yatim piatu di Sulawesi Tengah (Sulteng) dapat diasuh oleh keluarga dekat.
"Anak yang sudah tidak memiliki orang tua, mereka diarahkan ke keluarga-keluarga. Extended family (keluarga dekat) terkenal di Indonesia, dimana om, tante, kakek dan nenek," kata Yohana usai mendatangi kelas darurat di Petobo, Palu, Rabu (10/10).
Kalau tidak ada sama sekali keluarga dekat, pemerintah melalui Kementerian Sosial yang akan menampungnya. "Kami data dulu berapa banyak yang tidak punya keluarga sama sekali di sini. Maka akan kami carikan jalan untuk ditempatkan di shelter atau rumah aman untuk anak-anak ini," katanya.
Selain itu, ia mengatakan akan ada tindakan khusus dengan koordinasi pemerintah setempat, bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak setempat untuk memastikan hak-hak anak tetap terpenuhi dalam kondisi bencana. Meski demikian, menurut dia, masih terlalu awal membicarakan adopsi bagi anak-anak korban gempa, tsunami dan likuifaksi di Sulteng. Namun bisa didata dulu karena dalam Undang-undang Perlindungan Anak ada aturan adopsinya dan harus melalui proses hukum.
"Sekarang ini kami masih data anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua lagi. Mohon disampaikan pada kami juga agar nanti bisa dikoordinasikan ke Kementerian lain dan dinas setempat, sehingga hak-hak anak bisa terpenuhi," ujarnya.
Sebelumnya Menteri Yohana bersama jajarannya mendatangi Yayasan Al Kautsar di Donggala Kodi dan tenda kelas darurat di Petobo, Kota Palu. Selain memberikan bantuan, seperti susu ibu hamil, susu ibu menyusui, susu lansia, pembalut hingga pampers lansia, Yohanan juga mengajak anak-anak bernyanyi dan mendengarkan cerita.
Baca juga: 69 Anggota Polri Masih Hilang Usai Gempa-Tsunami Palu