Selasa 09 Oct 2018 17:03 WIB

Kisah Korban Tsunami Berjuang Keluar dari Air 30 Menit

Bayang-bayang bencana tsunami masih kerap muncul dalam mimpinya.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Andi Nur Aminah
Indriana Sartika Yotokodi, korban gempa tsunami Palu yang berhasil selamat.
Foto: Dok: tangkapan layar
Indriana Sartika Yotokodi, korban gempa tsunami Palu yang berhasil selamat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indriana Sartika Yotokodi terus memanjatkan rasa syukurnya karena masih diberi keselamatan oleh Allah SWT. Bayang-bayang bencana tsunami dan gempa masih tergambar jelas dalam memorinya, bahkan kerap muncul dalam mimpinya.

“Semua kehendak Allah, masih bisa bertahan hidup adalah rezeki terbesar dalam hidup ini,” tulisnya dalam akun Facebook-nya, beberapa waktu lalu.

Ia masih sering memimpikan bagaimana terjebak dalam gulungan air di Pantai Talise saat tsunami menerjang. Lebih dari 30 menit ia berjuang menahan kuatnya terjangan air sembari mencari celah menghirup oksigen. “Setiap malam selalu jadi mimpi buruk,” ujar dia.

Indriana masih ingat betul apa saja kegiatannya tepat 30 menit sebelum gempa mengguncang Donggala dan sekitarnya. Saat itu, Indriana yang merupakan Staf Humas Pemerintah Kota (Pemkot) Palu menuju pantai untuk menghadiri acara 'Palu Nomoni'. Ia sempat melakukan siaran langsung di akun Facebook-nya saat menuju anjungan pantai, tempat acara itu digelar. Dia terlihat bahagia dan cantik mengenakan seragam hijau dan berhijab pink, saat mengendarai mobil bersama seorang temannya.

photo
Korban gempa dan tsunami Palu, Indriana Sartika Yotokodi yang berhasil selamat selamat setelah berjuang 30 menit melawan arus dan gelombang tsunami. Indriani mengalami patah tangan di bagian kiri, dan saat ini masih menjalani perawatan.

Tak ada firasat apapun yang dirasakan Indriana. Dia tampak baik-baik saja dan berkomunikasi dengan teman-temannya saat melakukan siaran langsung itu. Terlihat sekilas Indriana dan temannya melewati Jembatan Kuning menuju tempat acara.

Guncangan gempa berkekuatan 7,4 SR meluluhlantahkan panggung acara Palu Nomoni 2018 di pinggir Pantai Talise. Indriana yang saat itu sudah ada di bibir pantai, tak bisa menghindari sapuan air dan gelombang tsunami yang menggulungnya. “Saya berjuang dalam air selama 30 menit. Dari panggung utama Palu Nomoni, terjebak dalam patahan longsor dan air, melihat saudara-saudara yang juga terjebak longsor, sampai anak-anak pun ikut terbawa longsor,” tutur dia.

Terjangan air menghempaskan Indriana sampai di pos satpam Kantor Dinas Perikanan Propinsi Sulteng. Tak tentu arah. Dalam gulungan air, tubuh Indriana menghantam dinding, pohon, dan besi sampai gerobak. Bajunya terlepas entah ke mana. Tangan kirinya patah.

photo
Warga berusaha mengevakuasi korban tsunami di kawasan Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).

Beruntung dia masih bisa berdiri dan mencari pertolongan. Namun, ia melihat teman-teman dan masyarakat lainnya juga butuh pertolongan. “Saya berjalan minta bantuan tetapi saudara-saudara saya juga harus menolong dirinya,” kata Indriana.

Ia akhirnya menyelamatkan diri bersama yang lain. Berjalan tertatih dengan tubuh gemetar dan lemas. Berkali-kali jatuh, lalu berjalan lagi.

Beruntung, Indriana bertemu dengan sebuah mobil bak terbuka. Dia lalu naik di mobil pikap tersebut. "Saya tidur di atasnya hingga keesokan hari. Lalu kemudian jalan kaki meminta bantuan di RS Wirabuana Palu. Sayangnya, Indriana ditolak, entah kenapa. Tak ada perawatan sama sekali. Dia kemudian memutuskan berjalan kaki sampai rumah orang tuanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement